Tulisan ini adalah murni curhatan alias curahan hati ku, so no tendensi apapun, jika akhirnya ada yang tidak berkenan hapunteun…. Bukan maksud loh….. :D Dannn…. Tulisan ini panjang lohhhhh…… boleh di skip kalo ga minat bacanya… hehe…. J
Hmm… prolog nya segitu ajahhhh….. selanjutnya masuk ke inti yuksss…. Haha…. J
Aku terlahir dari keluarga yang alhamdulillah menurutku harmonis, sebagai anak yang terlahir sulung, sejak kecil aku sudah dibiasakan untuk disiplin dalam segala hal dan selalu terencana, dan pastinya berusaha untuk mendapatkan sesuatu, ga pernah tuh Ibu atau Abah memanjakan aku, kalo mau sesuatu barang ya harus berusaha dulu. Alhamdulillah saat sekolah aku selalu menjadi juara kelas.
Pola disiplin yang sudah ditanamkan oleh keuda orangtuaku menjadi parameter kala aku mempunyai anak, inilah cita2ku.
Dan ketika akhirnya aku menikah dan mempunyai pasangan yang ternyata baru kutau bahwa suamiku aka ayah adalah orang yang ga ribet, bahkan nyaris tanpa perencanaan, semisal ayah ngajak aku pergi, aku telah terbiasa prepare dan bikin agenda jauh2 hari bahkan menyiapkan apa2 yang akan dibawa, beda halnya dengan ayah, ayah orang yang easy going, kalo emang lagi pingin pergi or jalan ya udah yuk jalan, meski tanpa rencana sebelumnya, ga ada persiapa tapi tetep pergi bukan masalah buat ayah.
Hal2 seperti inilah yang diawal pernikahanku acapkali menjadi benturan, pikirku, “kok bisa sih, pergi dadakan tanpa planning gitu?”
Demikian halnya untuk kerapihan, aku tipe org yang selalu dan terbiasa menggunakan sesuatu kemudian mengembalikannya ke tempat semula, semisal mau mandi ambil handuk dulu, lalu setelah mandi handuknya ditaruh kembali di jemuran handuk, atau mau baca buku, selesai baca ya kembalikan lagi ke tempatnya, buatku ini mempermudah dan ga ada istilah, lupa naruh, atau lupa ngambil, pls dehhhh… lagi2 hal seperti ini sering membuat aku naik darah melihat kebiasaan ayah yang menurutku ngawur, dans eringnya aku complain, “apa susahnya sih yah abis make barang taruh ditempatnya, jadi besok mau pake ga usah nyari..” its so simple bukan, namun kenyataannya semakin banyak aku complain maka ayah semakin cuek, lama2 aku cape sendiri dan disaat aku udah diem lelah negur dan aku lebih memilih mengembalikan barang2 yang habis dipakai ayah dan aku kembalikan ke tempatnya, justru kesadaran ayah disitu timbul, ayah mulai merubah sifatnya dan saat ini ayah lebih jauhhhhhh disiplin dan “tau diri” jika habis pakai sesuatu barang.
1 hal yang aku jadikan pelajaran, bahwa ga semua hal bisa diselesaikan melalui omongan, melalui tindakan lebih mengena dan membuat pasangan itu menjadi ga enak hati.
Pun ketika akhirnya aku diberikan amanah kehamilan setelah 2,5th kosong, kemudian melahirkan seorang anak laki2 yang saat ini udah berusia 3th4bulan, wuaaa… pokoknya luv him so much dehhhhh…… J
Lagi2 berkaca dari pola didik kedua orangtuaku, aku mencoba mengimplementasikannya untuk anak kami, keidealisan ku muncul, bolak balik browsing di inet sekedar mencari info2 seputar kesehatan anak, dan pola didik anak, kemudian aku print, dan aku jadikan kumpulan2 artikel2 tsb sebagai acuan kami mengasuh Jibran.
Namun apa yang terjadi,s emudah itukah aku menularkan “keidealisme-an” aku bersumber dari info di inet dan berbagai macam buku aku terapkan untuk Jibran? Jawabnya tidak, ayah adalah orang pertama yang menjadi “lawan” aku dan menentang ketidak setujuannya terhadap pola yang aku anut, aggrrhhkkkk………..
Tentang edukasi ASI ayah 100% setuju, alhamdulillah
Tentang edukasi no gulgar sebelum setahun, ayah setuju, alhamdulillah
Namun ketika aku dengan yakinnya tetap akan menyusui si Kaka saat si Kaka udah melewati 2th, dimana masa menyusui yang disarankan sesuai agama kami yakni 2th kemudian disapih, disitulah ayah mulai "berontak" , dan jawabanku hanya 1, pada akhirnya aku akan berhenti menyapih hanya masalah waktu, alibiku acapkali ayah mulai mengingatkan “keseriusanku” untuk mengerakana menyapih Jibran, meski usia Jibran kala itu dah 2th lewat.
Hmm.. kalo mau jujur2an sesungguhnya aku yang “BELUM SIAP” melepaskan ritual menyusui Jibran, meski sebelum usia Jibran 2th aku udah sounding ke Jibran bahwa genap 7 Juni saat usia Kaka 2th maka Kaka berhenti ASI, ah…..lagi2 itu hanya wacana, ketika aku dihadapkan pada kenyataan sesungguhnya, kenyataannya aku yang ga siap, dan beralibi “TIDAK TEGA” melihat Jibran “sakau”, ayah mencoba menerima alasanku. Sampai akhirnya masuk bulan Oct ayah benar2 meradang, akhirnya ketika SP3 ayah turun aku bener2 merasa tertampar, dan menjadi sadar, bahwa proses menyapih itu memang tidak mudah namun semua tergantung “NIAT” aku sbg Ibunya, terbukti setelah aku yakin bahwa inilah saat yang tepat menyapih Jibran, alhamdulillah perlu waktu 5 hari sajaaku melalui proses “Menyakitkan” itu, dan terbukti Jibran bisa menerima dan fine, subhanallah……..
Keidealisanku mulai mengendur juga dan mencoba menyesuaikan situasi. Pernah aku membuat Jibran trauma lagi2 karena keidealisanku, dan bagiku ini adalah petaka, bagaimana tidak Jibran yang awalnya cooperative untuk sikat gigi, namun sejak acara kunjungan Jibran to dentist membuat Jibran ogah sikat gigi dan akhirnya aku harus extra keras setiap kali mengajak Jibran untuk sikat gigi. Usahaku cukup memakan waktu lama, kurang lebih 1th sampai akhirnya dengan bangganya aku bisa lihat Jibran said, bye..bye..kuman monster.. :)
Bukti keidealisanku berikutnya yang membuat aku cukup sadar diri, dan malu hati terhadap ayah, ketika aku dengan pedenya mengajarkan jibran untuk doyan sayur (sejak mulai MPASI aku memang selalu memberikan MPASI homemade, no instant).
Sejak Jibran mulai bisa makan nasi diusia 11 bulan, sejak itulah aku mulai unjuk gigi mengenalkan berbagai macam bentuk sayuran utuh dan belum kukus, semisal wortel, kentang, brokoli, buncis yangs emua penyajiannya kuberikan dalam bentuk kukus, harapanku Jibran kan ga kenal gulgar, masa sih aku kasih sayuran gini dia nolak. Namun apa yang terjadi?? Jibran sukses melepeh semua sayuran kukus yang kusajikan, namun bukan aku namanya kalo langsung menyerah, bolak balik aku kasih lagi dan aku berikan lagi, ga henti2nya aku pesen ke pengasuh untuk senantiasa memberikan sayuran kukus, namun kenyataannya semakin sering aku memberikan sayuran tsb, maka Jibran pun semakin menolak.
“Bunda, kenapa begitu memaksakan Jibran untuk doyan sayuran kukus tsb?” tanya ayah suatu hari.
“Ya biar Kaka doyan, lagian sayuran bagus untuk kesehatan.”
“Bagus untuk kesehatan?”
“Iya yah..”
“Bunda lupa ya, kalo udah tau bagus untuk kesehatan, kenapa Bunda ga memulai nya untuk diri Bunda sendiri, baru kemudian ke Jibran?”
Damnnn…. Tertampar hebat aku oleh jawaban ayah. Mengulang jawaban ayah, “Kalo emang bagus untuk kesehatan, kenapa Bunda sendiri ga memulai untuk diri Bunda?”
Maluuuuuuuuu….. jujur aku bukan pecinta sayur, bahkan aku termasuk picky sayuran, lalu kenapa aku emmaksakan jibran untuk doyan sayur2an kalo aku sendiri ga suka, kenapa hanya untuk kesehatan Jibran aku pikirkan, tapi untuk aku sebagai ibunya aku seolah tutup mata akan kesehatanku? Ga adil rasanya…
Lagi2 karena idealis, mau anak sehat tapi kok aku sendiri seolah cuek dengan pola makan ku, agrrhhhkkkk……
Berikutnya ayah kembali membuka mataku, ayah minta sayur2an tsb untuk dimasak dan disajikan tidak dalam bentuk utuh, ayah minta juga aku untuk meminmalisir penggunaan bumbu termasuk gulgar kala Jibran udah setahun lewat, akhirnya aku olah sayur2an tsb dalam bentuk soup, cap cai, sayur bening, lagi2 dengan penggunaan gulgar yang seminim mungkin, kemudian ayah ngajak Jibran juga aku untuk makan bersama sayur2an tsb, reaksi Jibran, 180’ beda, kenyataannya dia menyukai sayuran tsb, sebaliknya aku, perlu usaha keras untuk menelan sayur2an tsb… hiks L
Alhasil sampai sekarang aku boleh berbangga hati, meski anakku tidak doyan sayuran kukus, tapi anakku doyan semua jenis sayuran yang disajikan dalam bentuk soup atau sayur bening.
Justru ini memicu “kreatifitas aku” untuk terus bereksperimen, selalu menyelipkan berbagai jenis sayuran dalam setiap masakanku , dengan tujuan agar si Kaka semangat menghabiskan menu yang aku sajikan.
“Bund… Jibran tuh ga akan selamanya bisa kita setir, pada akhirnya dia akan mempunyai teman dan dunianya sendiri, termasuk dunia makanan dan menu,
okeyyy, bolehlah dia ketemu sayuran yang setiap hari bunda sajikan di rumah , tapi dilain lokasi Jibran harus menyesuaikan lidahnya juga bukan untuk mengenal sayuran dalam bentuk lain di lokasi lain?”
Melalui pengenalan dan acara makan bersama, terbukti ampuh dan mengena di hati anak kami, mau tau hobi Jibran lainnya yang bikin aku bangga, yuapp.. kesukaannya Jibran akan buah boleh dibilang kalap, kalo dihitung2 dalam seminggu pengeluaran terbesarku adalah justru untuk budget buah2an. Kenapa?? karena si Kaka maniak buah, meski jenis2 buah tertentu dan berbau tajam dia ga suka, seperti durian misalnya dia ga suka.
So meski ga doyan sayuran kukus utuh tapi toh dia doyan buah. Lagi2 hobi makan buah2an ini karena dimulai dari hobi ayah yang emang cinta buah juga adik iparku yang tinggal di rumah hobi buah, ga heran menu wajib yang harus selalu ada di rumah adalah buah, bisa jadi karena setiap hari Jibran melihat orang yang ada di rumah doyan buah si Kaka pun ketularan. I was amazed, kenapa? dalam sehari dia bisa ngabisin apel 1, peer 1, pisang sunpride 1, belum lagi markisa minimal 4, dan yang lagi hobi dan bakal abis banyak sekali makan adalah salak.
Demikian juga tentang susu, aku percaya bahwa susu terbaik untuk manusia ya ASI, aku camkan itu terbukti Jibran full ASI 2th bahkan lebih, no UHT, aku juga berkeyakinan kalo setelah 2th susu bukan menjadi suatu yang penting untuk anak, karena kalsium ga hanya dari susu tapi bisa didapat dari berbagai jenis makanan, lalu apakah kemudian aku jadi under estimate terhadap Ibu2 lain yang mempercayakan Susu sebagi sumber kalsium untuk kesehatan anaknya? Oh no… aku bukan penganut seperti itu. Prinsipku, “setiap ibu di muka Bumi ini pasti menginginkan yang terbaik untuk anak mereka, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik pula untuk anak mereka, namun caranya beda.” Terus kalo tiba2 ada seorang Ibu yang minded sufor apa lantas kita benci, kita kucilkan? Ah… lagi2 itu bukan aku, pastinya si Ibu tsb mempunyai pertimbangan sendiri, kalopun caranya ga sepaham dengan kita, kembali lagi ke sifat dasar manusia sesuai ciptaan Tuhan, bahwa masing2 manusia itu berbeda, kalo si ibu yakin bahwa anaknya sehat dengan sufor, itulah pilihannya, kalopun kita ga setuju cukuplah ga usah membandingkan dengan anak kita, Tuhan saja pasti tidak menyukai jika hambanya mengkotak2an golongan. Kenapa ga kita coba cara lain yang lebih smooth, jika dirasa dan gregetan dengan ibu yang minded sufor, “Kenapa ga coba UHT, UHT juga bagus loh. Belum tau ya keunggulan UHT dibanding sufor, nih aku kirim artikelnya yaa….” atau “anaknya ga mau makan ya, coba deh frekuensi pemberian susunya dikurangi, olah makanan yang mengandung susu buat cemilan, dicoba aja dulu gimana?”
buatku ajakan2 yang seperti itu lebih “manusiawi” ya ketimbang jika kita tiba2 menulis di postingan tentang susu misalnya, bisa2 bikin orang lain yang kontra meradang………
Dalam hal pendidikan pun demikian, kami sama2 belajar, apa dan manfaat untuk tumbuh kembang anak kami. Aku ga melulu menganggap pola kami pola yang paling baik, ahh….tidak sama sekali, ketika aku mulai kenal MP dan bergabung didalamnya, jujur aku akui banyak manfaat yang aku dapat dari postingan2 yang teman2 tulis di MP, seperti manfaat buku dan membaca. Alhamdulillah meski belum sampai taraf hebat, hahaha.. maksudku hebat dalam mengkoleksi buku, namun sedikit demi sedikit aku dan ayah mulai berani invest buku, berbagai jenis buku.
Menjadi bacaan wajib sekarang adalah menjelang tidur yaitu baca buku, bahkan kebiasaan ayah daridulukala sampai sekarang saat BAB (maaf.. L) harus membaca buku, pelan tapi pasti sekarang aku boleh berbangga hati melihat anak kami mulai hobi baca, meski belum hebat.. hahaha… lagi2 maksudku hebat belum kutu buku, tapi bolehlah seneng liat Jibran sering nanya, “Buku Kaka yang Thomas mana ya Nda?” atau. “kok langsung bobo nda, Bunda kan belum bacain buku ke kaka.” Ahhhh.. celotehan2 kecil nan simple yang keluar dari mulut anakku, bagai hiburan yang menyejukan jiwaku… hahaha… lebay*
Aku harus mengakui, as working mom, waktuku terbatas, ga sebanyak Ibu2 yang dirumah artinya terbatas pula waktuku untuk mengasuh dan mendidik anakku, namun aku bertekat, meski aku bekerja bukan berarti aku tidak bisa “menciptakan” anak yang sama pintarnya dengan anak yang dididik oleh Ibunya dirumah. Terkesan sensitive ya, namun inilah yang aku rasa bisa jadi karena aku ber-ibukan yang bekerja juga, yang besar dengan PRT, namun bukan berarti pembantu adalah segalanya yang bertanggung jawab dalam pola pengasuhan, ahhh.. itu sih pemikiran yang dangkal, meski besar oleh pembantu bukan berarti aku menjadi manusia yang tidak tau sopan santun atau bahkan yang nyeremin keras hati atau membangkang, OH NO...... kan sejak kecil aku udah diajari nilai2 agama dan hakikat berbagi terhadap orang lain bukan?
Artinya, selama aku mau berusaha dan selalu berdoa, Insya Allah, mimpi aku punya anak yang “berkualitas dan berakhlak baik” akan tercapai, lagi2 meskiiii… aku working mom.
Mellow..mellow dikit saat penat dengan kerjaan dikantor, manusiawilah,
atau kadang sesumbar, pingin resign… ahhh… semua masih wajar buatku,
aku yakin jika memang sudah waktunya aku bekerja di rumah, Insya Allah pasti ada saatnya, sekarang tetaplah bekerja dengan baik selagi rejeki itu menghampiri melalui aku sebagai istri ayah. Alhamdulillah dan patut disyukuri….
So, benang merahnya, makin kesini aku makin sadar, bahwa idealis itu perlu, namun tempatkanlah idealis itu sesuai porsinya, dan situasinya, karena kita tidak hidup sendiri, kita adalah mahluk social yang tidak dapat hidup sendiri, dan yakini bahwa ukuran idealis masing2 orang itu berbeda2, boleh jadi idealis menurut kita namun bisa jadi tidak menurut orang lain, karena banyak kurang, lebih cukup adalah sesuatu yang relative, yakinlah Allah mempunyai caranya sendiri dalam mencukupkan hambanya, tempatnya manusia itu berusaha, dan yang ga boleh lupa, sejatinya manusia itu berbeda2, tenggang rasa dan peduli perasan orang lain adalah bagian dari prinsip hidup bersama agar senantiasa kita bisa hidup berdampingan.
So…..
Kalo dulu aku idealis dan bilang bahwa main kotor2an atau mandi hujan atau main becek2an itu ga boleh, siapa bilang…. Abis main becekkan kan langsung bersih2 badan bukan??

**pesen sponsor, NO HEART FEELING PLEASE...... 