Bukan perkara mudah memang, karena sampai umur Jibran 3th 1 bulan ini, Jibran selalu tidur bersama ayah bunda nya. So far kami berdua merasa nyaman jika Jibran tidur bersama kami, artinya kami bisa peluk2an, bisa rangkulan, dan kapan Jibran terjaga kami berdua ada disampingnya. Tapi meski kami nyaman kami merasa inilah waktunya, bukan berarti kami tega, sesungguhnya aku Pribadi selaku emaknya, merasa masih belum puas pisah tidur dengan Jibran, masih ingin peluk2an, masih ingin rangkul2an, tapi siap ga siap kami sepakat inilah saatnya. Belum lagi gaya tidur Jibran yang lasak, posisi bisa kesana kemari, berkali2 posisi dibenerin tau2 ga lama posisi udah berubah, kadang kepalanya tau2 ada di dekat kaki aku atau dekat kaki ayah, sementara kakinya berbalik ada diantara muka kami, wadoohhh…… L
Cita2 ini sebenernya udah ada sejak usia Jibran 2th lalu, namun sayangnya saat itu kondisi rumah lama kami ga memungkinkan karena kamar kami yang lain ditempati adik ipar dan 1 kamar dijadikan logistic pakaian dan lemari.
Memanfaatkan moment ultah kemarin, saat ultah Jibran 3th kemarin bertepatan dengan hari kepindahan kami, kami sudah sounding ke Jibran untuk mulai belajar tidur sendiri.
“Ka, nanti di rumah Kaka yang baru, Kaka belajar bobo dikamar Kaka ya?” ucapan2 seperti itu yang ga henti2nya kami sosialisasikan ke Jibran, meski bukan perkara mudah, meski si Kaka akan jawab, “Iya Bunda, di kamal Kaka yang balu ya…?’
Hmm.. kenyataannya pada prakteknya tetep aja Jibran emoh menempati kamarnya, dan teteupp.. minta tidur sekamar dengan ay-bund nya J
Padahal kamar Jibran dan kamar kami connecting, sejak awal design rumah, aku emang udah request ke ayah bahwa untuk membuat kamar Jibran dan kamar kami connecting, agar kami lebih mudah memantaunya, nanti setelah Jibran besar, connecting tsb baru ditutup permanent. Kamar kami dan kamar Jibran dipisahkan oleh satu pintu dimana bagian tengahnya adalah kamar mandi, connecting tsb dipisahkan melalui lemari yang memang sengaja di design khusus sebagai partisi, sekilas nampak tidak keliatan kalo kamar kami ini connecting namun begitu pintu lemari dibuka, tersambunglah kami ke kamar Jibran.
Masuk bulan ke dua kepindahan kami, cita2 ku agar Jibran mau tidur dikamarnya sendiri belum juga terealisasi. Padahal setiap malam menjelang tidur, kebiasaan Jibran setelah sikat gigi dan bersih2 badan dan pipis adalah membacakan buku cerita, nah udah beberapa hari ini, aku dan ayah sengaja bacain buku ceritanya di kamar Jibran, aku ajak Jibran bobo di tempat tidurnya, aku yang bacain cerita ayah nemenin, sampe Jibran ngantuk dan pules. Kadang dia nanya, “Nda, kok bobonya disini? Di kamal Bunda aja, Kaka ga mau disini..” protesnya.
“Lohhh… ini
Sekali dua kali, Jibran mengangguk-angguk seolah mengerti, tapi pada prakteknya, kala Jibran udah pules dan aku tinggalin Jibran sendiri di kamarnya, tau2 belum sampe lama aku tinggalin, “huwaaaa……. Bundaaaa…….” Jibran tiba2 terjaga dan teriak nyariin aku, akhirnya yang ada balik lagi deh Jibran tidur bertiga ama ay-bund nya..
Akhirnya strategi diubah, siang hari saat waktunya Jibran tidur siang, aku minta sama Uwa untuk membiasakan Jibran u/ tidur siang dikamarnya. Lagi2 protes yang dilontarkan Jibran,”
“Iya ini
“Kalo itu kamal Bunda ya Wa? Kaka maunya bobo di kamal Bunda aja..”
“Loh
“Kok Kaka sendili, Bunda beldua ama ayah kenapa Wa?”
“%$$@!!((**__%%!!!?????”
Hahaha… Jibran pinter jawab, yang ada Uwanya bingung ngejawab.
Jadi kesimpulannya sampai hari ini belum sekalipun Jibran “sukses” tidur di kamar nya sendiri. Sejam – dua jam abis ditemenin tidur sih lancar tapi ga lama dia nyadar ay-bund nya ga ada disampingnya pasti teriak... “Bundaaaa…. “ kemudian Kaka beranjak bangun dari tempat tidurnya dan lari nyusul ke kamar kami. Kalo malam memang connecting doornya kami buka agar Jibran tau bahwa meski Jibran tidur sendiri tapi hanya dengan melongok saja Jibran bisa ngeliat kalo kami ada di dekatnya, tapi lagi2 itu teori semata L karena yang ada Jibran teteuupp aja emoh tidurr sendiri.