Dannn…. Tulisan ini panjang lohhhhh…… boleh di skip kalo ga minat bacanya… hehe…. J
Hmm… prolog nya segitu ajahhhh….. selanjutnya masuk ke inti yuksss…. Haha…. J
Aku terlahir dari keluarga yang alhamdulillah menurutku harmonis, sebagai anak yang terlahir sulung, sejak kecil aku sudah dibiasakan untuk disiplin dalam segala hal dan selalu terencana, dan pastinya berusaha untuk mendapatkan sesuatu, ga pernah tuh Ibu atau Abah memanjakan aku, kalo mau sesuatu barang ya harus berusaha dulu. Alhamdulillah saat sekolah aku selalu menjadi juara kelas.
Pola disiplin yang sudah ditanamkan oleh keuda orangtuaku menjadi parameter kala aku mempunyai anak, inilah cita2ku.
Dan ketika akhirnya aku menikah dan mempunyai pasangan yang ternyata baru kutau bahwa suamiku aka ayah adalah orang yang ga ribet, bahkan nyaris tanpa perencanaan, semisal ayah ngajak aku pergi, aku telah terbiasa prepare dan bikin agenda jauh2 hari bahkan menyiapkan apa2 yang akan dibawa, beda halnya dengan ayah, ayah orang yang easy going, kalo emang lagi pingin pergi or jalan ya udah yuk jalan, meski tanpa rencana sebelumnya, ga ada persiapa tapi tetep pergi bukan masalah buat ayah.
Hal2 seperti inilah yang diawal pernikahanku acapkali menjadi benturan, pikirku, “kok bisa sih, pergi dadakan tanpa planning gitu?”
Demikian halnya untuk kerapihan, aku tipe org yang selalu dan terbiasa menggunakan sesuatu kemudian mengembalikannya ke tempat semula, semisal mau mandi ambil handuk dulu, lalu setelah mandi handuknya ditaruh kembali di jemuran handuk, atau mau baca buku, selesai baca ya kembalikan lagi ke tempatnya, buatku ini mempermudah dan ga ada istilah, lupa naruh, atau lupa ngambil, pls dehhhh… lagi2 hal seperti ini sering membuat aku naik darah melihat kebiasaan ayah yang menurutku ngawur, dans eringnya aku complain, “apa susahnya sih yah abis make barang taruh ditempatnya, jadi besok mau pake ga usah nyari..” its so simple bukan, namun kenyataannya semakin banyak aku complain maka ayah semakin cuek, lama2 aku cape sendiri dan disaat aku udah diem lelah negur dan aku lebih memilih mengembalikan barang2 yang habis dipakai ayah dan aku kembalikan ke tempatnya, justru kesadaran ayah disitu timbul, ayah mulai merubah sifatnya dan saat ini ayah lebih jauhhhhhh disiplin dan “tau diri” jika habis pakai sesuatu barang.
1 hal yang aku jadikan pelajaran, bahwa ga semua hal bisa diselesaikan melalui omongan, melalui tindakan lebih mengena dan membuat pasangan itu menjadi ga enak hati.
Pun ketika akhirnya aku diberikan amanah kehamilan setelah 2,5th kosong, kemudian melahirkan seorang anak laki2 yang saat ini udah berusia 3th4bulan, wuaaa… pokoknya luv him so much dehhhhh…… J
Lagi2 berkaca dari pola didik kedua orangtuaku, aku mencoba mengimplementasikannya untuk anak kami, keidealisan ku muncul, bolak balik browsing di inet sekedar mencari info2 seputar kesehatan anak, dan pola didik anak, kemudian aku print, dan aku jadikan kumpulan2 artikel2 tsb sebagai acuan kami mengasuh Jibran.
Namun apa yang terjadi,s emudah itukah aku menularkan “keidealisme-an” aku bersumber dari info di inet dan berbagai macam buku aku terapkan untuk Jibran? Jawabnya tidak, ayah adalah orang pertama yang menjadi “lawan” aku dan menentang ketidak setujuannya terhadap pola yang aku anut, aggrrhhkkkk………..
Tentang edukasi ASI ayah 100% setuju, alhamdulillah
Tentang edukasi no gulgar sebelum setahun, ayah setuju, alhamdulillah
Namun ketika aku dengan yakinnya tetap akan menyusui si Kaka saat si Kaka udah melewati 2th, dimana masa menyusui yang disarankan sesuai agama kami yakni 2th kemudian disapih, disitulah ayah mulai "berontak" , dan jawabanku hanya 1, pada akhirnya aku akan berhenti menyapih hanya masalah waktu, alibiku acapkali ayah mulai mengingatkan “keseriusanku” untuk mengerakana menyapih Jibran, meski usia Jibran kala itu dah 2th lewat.
Hmm.. kalo mau jujur2an sesungguhnya aku yang “BELUM SIAP” melepaskan ritual menyusui Jibran, meski sebelum usia Jibran 2th aku udah sounding ke Jibran bahwa genap 7 Juni saat usia Kaka 2th maka Kaka berhenti ASI, ah…..lagi2 itu hanya wacana, ketika aku dihadapkan pada kenyataan sesungguhnya, kenyataannya aku yang ga siap, dan beralibi “TIDAK TEGA” melihat Jibran “sakau”, ayah mencoba menerima alasanku. Sampai akhirnya masuk bulan Oct ayah benar2 meradang, akhirnya ketika SP3 ayah turun aku bener2 merasa tertampar, dan menjadi sadar, bahwa proses menyapih itu memang tidak mudah namun semua tergantung “NIAT” aku sbg Ibunya, terbukti setelah aku yakin bahwa inilah saat yang tepat menyapih Jibran, alhamdulillah perlu waktu 5 hari sajaaku melalui proses “Menyakitkan” itu, dan terbukti Jibran bisa menerima dan fine, subhanallah……..
Keidealisanku mulai mengendur juga dan mencoba menyesuaikan situasi. Pernah aku membuat Jibran trauma lagi2 karena keidealisanku, dan bagiku ini adalah petaka, bagaimana tidak Jibran yang awalnya cooperative untuk sikat gigi, namun sejak acara kunjungan Jibran to dentist membuat Jibran ogah sikat gigi dan akhirnya aku harus extra keras setiap kali mengajak Jibran untuk sikat gigi. Usahaku cukup memakan waktu lama, kurang lebih 1th sampai akhirnya dengan bangganya aku bisa lihat Jibran said, bye..bye..kuman monster.. :)
Bukti keidealisanku berikutnya yang membuat aku cukup sadar diri, dan malu hati terhadap ayah, ketika aku dengan pedenya mengajarkan jibran untuk doyan sayur (sejak mulai MPASI aku memang selalu memberikan MPASI homemade, no instant).
Sejak Jibran mulai bisa makan nasi diusia 11 bulan, sejak itulah aku mulai unjuk gigi mengenalkan berbagai macam bentuk sayuran utuh dan belum kukus, semisal wortel, kentang, brokoli, buncis yangs emua penyajiannya kuberikan dalam bentuk kukus, harapanku Jibran kan ga kenal gulgar, masa sih aku kasih sayuran gini dia nolak. Namun apa yang terjadi?? Jibran sukses melepeh semua sayuran kukus yang kusajikan, namun bukan aku namanya kalo langsung menyerah, bolak balik aku kasih lagi dan aku berikan lagi, ga henti2nya aku pesen ke pengasuh untuk senantiasa memberikan sayuran kukus, namun kenyataannya semakin sering aku memberikan sayuran tsb, maka Jibran pun semakin menolak.
“Bunda, kenapa begitu memaksakan Jibran untuk doyan sayuran kukus tsb?” tanya ayah suatu hari.
“Ya biar Kaka doyan, lagian sayuran bagus untuk kesehatan.”
“Bagus untuk kesehatan?”
“Iya yah..”
“Bunda lupa ya, kalo udah tau bagus untuk kesehatan, kenapa Bunda ga memulai nya untuk diri Bunda sendiri, baru kemudian ke Jibran?”
Damnnn…. Tertampar hebat aku oleh jawaban ayah. Mengulang jawaban ayah, “Kalo emang bagus untuk kesehatan, kenapa Bunda sendiri ga memulai untuk diri Bunda?”
Maluuuuuuuuu….. jujur aku bukan pecinta sayur, bahkan aku termasuk picky sayuran, lalu kenapa aku emmaksakan jibran untuk doyan sayur2an kalo aku sendiri ga suka, kenapa hanya untuk kesehatan Jibran aku pikirkan, tapi untuk aku sebagai ibunya aku seolah tutup mata akan kesehatanku? Ga adil rasanya…
Lagi2 karena idealis, mau anak sehat tapi kok aku sendiri seolah cuek dengan pola makan ku, agrrhhhkkkk……
Berikutnya ayah kembali membuka mataku, ayah minta sayur2an tsb untuk dimasak dan disajikan tidak dalam bentuk utuh, ayah minta juga aku untuk meminmalisir penggunaan bumbu termasuk gulgar kala Jibran udah setahun lewat, akhirnya aku olah sayur2an tsb dalam bentuk soup, cap cai, sayur bening, lagi2 dengan penggunaan gulgar yang seminim mungkin, kemudian ayah ngajak Jibran juga aku untuk makan bersama sayur2an tsb, reaksi Jibran, 180’ beda, kenyataannya dia menyukai sayuran tsb, sebaliknya aku, perlu usaha keras untuk menelan sayur2an tsb… hiks L
Alhasil sampai sekarang aku boleh berbangga hati, meski anakku tidak doyan sayuran kukus, tapi anakku doyan semua jenis sayuran yang disajikan dalam bentuk soup atau sayur bening.
Justru ini memicu “kreatifitas aku” untuk terus bereksperimen, selalu menyelipkan berbagai jenis sayuran dalam setiap masakanku , dengan tujuan agar si Kaka semangat menghabiskan menu yang aku sajikan.
“Bund… Jibran tuh ga akan selamanya bisa kita setir, pada akhirnya dia akan mempunyai teman dan dunianya sendiri, termasuk dunia makanan dan menu,
okeyyy, bolehlah dia ketemu sayuran yang setiap hari bunda sajikan di rumah , tapi dilain lokasi Jibran harus menyesuaikan lidahnya juga bukan untuk mengenal sayuran dalam bentuk lain di lokasi lain?”
Melalui pengenalan dan acara makan bersama, terbukti ampuh dan mengena di hati anak kami, mau tau hobi Jibran lainnya yang bikin aku bangga, yuapp.. kesukaannya Jibran akan buah boleh dibilang kalap, kalo dihitung2 dalam seminggu pengeluaran terbesarku adalah justru untuk budget buah2an. Kenapa?? karena si Kaka maniak buah, meski jenis2 buah tertentu dan berbau tajam dia ga suka, seperti durian misalnya dia ga suka.
So meski ga doyan sayuran kukus utuh tapi toh dia doyan buah. Lagi2 hobi makan buah2an ini karena dimulai dari hobi ayah yang emang cinta buah juga adik iparku yang tinggal di rumah hobi buah, ga heran menu wajib yang harus selalu ada di rumah adalah buah, bisa jadi karena setiap hari Jibran melihat orang yang ada di rumah doyan buah si Kaka pun ketularan. I was amazed, kenapa? dalam sehari dia bisa ngabisin apel 1, peer 1, pisang sunpride 1, belum lagi markisa minimal 4, dan yang lagi hobi dan bakal abis banyak sekali makan adalah salak.
Demikian juga tentang susu, aku percaya bahwa susu terbaik untuk manusia ya ASI, aku camkan itu terbukti Jibran full ASI 2th bahkan lebih, no UHT, aku juga berkeyakinan kalo setelah 2th susu bukan menjadi suatu yang penting untuk anak, karena kalsium ga hanya dari susu tapi bisa didapat dari berbagai jenis makanan, lalu apakah kemudian aku jadi under estimate terhadap Ibu2 lain yang mempercayakan Susu sebagi sumber kalsium untuk kesehatan anaknya? Oh no… aku bukan penganut seperti itu. Prinsipku, “setiap ibu di muka Bumi ini pasti menginginkan yang terbaik untuk anak mereka, dan selalu berusaha memberikan yang terbaik pula untuk anak mereka, namun caranya beda.” Terus kalo tiba2 ada seorang Ibu yang minded sufor apa lantas kita benci, kita kucilkan? Ah… lagi2 itu bukan aku, pastinya si Ibu tsb mempunyai pertimbangan sendiri, kalopun caranya ga sepaham dengan kita, kembali lagi ke sifat dasar manusia sesuai ciptaan Tuhan, bahwa masing2 manusia itu berbeda, kalo si ibu yakin bahwa anaknya sehat dengan sufor, itulah pilihannya, kalopun kita ga setuju cukuplah ga usah membandingkan dengan anak kita, Tuhan saja pasti tidak menyukai jika hambanya mengkotak2an golongan. Kenapa ga kita coba cara lain yang lebih smooth, jika dirasa dan gregetan dengan ibu yang
buatku ajakan2 yang seperti itu lebih “manusiawi” ya ketimbang jika kita tiba2 menulis di postingan tentang susu misalnya, bisa2 bikin orang lain yang kontra meradang………
Dalam hal pendidikan pun demikian, kami sama2 belajar, apa dan manfaat untuk tumbuh kembang anak kami. Aku ga melulu menganggap pola kami pola yang paling baik, ahh….tidak sama sekali, ketika aku mulai kenal MP dan bergabung didalamnya, jujur aku akui banyak manfaat yang aku dapat dari postingan2 yang teman2 tulis di MP, seperti manfaat buku dan membaca. Alhamdulillah meski belum sampai taraf hebat, hahaha.. maksudku hebat dalam mengkoleksi buku, namun sedikit demi sedikit aku dan ayah mulai berani invest buku, berbagai jenis buku.
Menjadi bacaan wajib sekarang adalah menjelang tidur yaitu baca buku, bahkan kebiasaan ayah daridulukala sampai sekarang saat BAB (maaf.. L) harus membaca buku, pelan tapi pasti sekarang aku boleh berbangga hati melihat anak kami mulai hobi baca, meski belum hebat.. hahaha… lagi2 maksudku hebat belum kutu buku, tapi bolehlah seneng liat Jibran sering nanya, “Buku Kaka yang Thomas mana ya Nda?” atau. “kok langsung bobo nda, Bunda
Aku harus mengakui, as working mom, waktuku terbatas, ga sebanyak Ibu2 yang dirumah artinya terbatas pula waktuku untuk mengasuh dan mendidik anakku, namun aku bertekat, meski aku bekerja bukan berarti aku tidak bisa “menciptakan” anak yang sama pintarnya dengan anak yang dididik oleh Ibunya dirumah. Terkesan sensitive ya, namun inilah yang aku rasa bisa jadi karena aku ber-ibukan yang bekerja juga, yang besar dengan PRT, namun bukan berarti pembantu adalah segalanya yang bertanggung jawab dalam pola pengasuhan, ahhh.. itu sih pemikiran yang dangkal, meski besar oleh pembantu bukan berarti aku menjadi manusia yang tidak tau sopan santun atau bahkan yang nyeremin keras hati atau membangkang, OH NO...... kan sejak kecil aku udah diajari nilai2 agama dan hakikat berbagi terhadap orang lain bukan?
Artinya, selama aku mau berusaha dan selalu berdoa, Insya Allah, mimpi aku punya anak yang “berkualitas dan berakhlak baik” akan tercapai, lagi2 meskiiii… aku working mom.
Mellow..mellow dikit saat penat dengan kerjaan dikantor, manusiawilah,
atau kadang sesumbar, pingin resign… ahhh… semua masih wajar buatku,
aku yakin jika memang sudah waktunya aku bekerja di rumah, Insya Allah pasti ada saatnya, sekarang tetaplah bekerja dengan baik selagi rejeki itu menghampiri melalui aku sebagai istri ayah. Alhamdulillah dan patut disyukuri….
So, benang merahnya, makin kesini aku makin sadar, bahwa idealis itu perlu, namun tempatkanlah idealis itu sesuai porsinya, dan situasinya, karena kita tidak hidup sendiri, kita adalah mahluk social yang tidak dapat hidup sendiri, dan yakini bahwa ukuran idealis masing2 orang itu berbeda2, boleh jadi idealis menurut kita namun bisa jadi tidak menurut orang lain, karena banyak kurang, lebih cukup adalah sesuatu yang relative, yakinlah Allah mempunyai caranya sendiri dalam mencukupkan hambanya, tempatnya manusia itu berusaha, dan yang ga boleh lupa, sejatinya manusia itu berbeda2, tenggang rasa dan peduli perasan orang lain adalah bagian dari prinsip hidup bersama agar senantiasa kita bisa hidup berdampingan.
So…..
Kalo dulu aku idealis dan bilang bahwa main kotor2an atau mandi hujan atau main becek2an itu ga boleh, siapa bilang…. Abis main becekkan
hmmm..setuju bgt soal tenggang rasa dan saling menghargai.tiap org kn isi kepalanya beda2 ya...
ReplyDeletesebenarnya bukan idealisme kalau uni lihat ya diz.. ini masalah karakter saja. karakter diz yang lebih well prepared serta teoritis.. sementara ayah jibran lebih cenderung easy going..
ReplyDeleteuni termasuk yang ingin mencoba teori2 yang ada, hingga setelah billa usia 6 bulan, mama uni bilang, jaman mama dulu gak ada teori2an, semua trial and error karena setiap anak berbeda dan unik.
ya udah.. uni coba berdamai dengan keadaan. gak bisa ngikutin semua isi majalah parenting atau buku2 terkait..hehehe
btw.. jibran gondrong ya sekarang ? hehehe udah lama gak lihat2 foto jibran..:))
Sippppppppp
ReplyDeletelike these !!
ReplyDeletepalagi ttg working mom nya .. huhuhuhu.....
menyimak...
ReplyDeletesalam kenal bunda dizna.. ^_^
ReplyDeletemengutip dari theurbanmama "There is always a different story in every parenting style"
menyimak ^_*,sippp
ReplyDeletetiap bunda pasti menginginkan yg terbaik untuk keluarganya..
ReplyDeletejadi ingat kata2 bijak " didiklah anakmu sesuai jamannya"
aku jg msh terus belajar bund untuk jd bunda yg baik untuk salwa ....krn aku & suamiku dibesarkan oleh ibu yg FTM , jd aku terus cari info dimana2..internet, seminar, buku atau tmn2 kantor..
he3...kita sepertinya sama mbak. Sy org yg well prepared, sedangkan suami tdk. Alhmadulillah di kantor pernah dapet presentasi mengenai brain dominance. Nah saya (dan sepertinya mbak) adalah tipe sensing (dominasi otak kiri)...org yg terjadwal. sedangkan suami adalah org feeling (dominance otak kanan). Karena berbeda brain dominance, jadi harus lebih kooperatif dan pengertian.
ReplyDeleteDalam mengasuh anak, memang kita ingin yg terbaik. klo saya pribadi prinsipnya, mencintai anak dengan cinta+logika. Tugas saya mengarahkan, pilihan pada anak saya. Saya kan tidak hidup 1000tahun untuk membantu dia, mengatur kehidupannya, menjaganya. Dia harus menjadi manusia mandiri. Dari kecil saya biasakan Hanif memilih, even itu memilih buku atau baju yg akan dipakai.
yaa...ujung-ujungnya, semua ibu pengen yg terbaik buat anak dan keluarganya...tull gak ?? ^_^
kalau daku malah kebalikannya tuh ... suami yg lebih 'rapi', daku yg lebih sembarangan ... hahahaha.... tentunya menggemaskaaann..
ReplyDeletedan aq membacanya sampai habiiiiiiiiiiiiisssss....xixixixixi
ReplyDeletei'm working mom either..keep fight giving the best for my lovely daughter..^^
abank ibank fotonya seksiiihhhhh...bhihihihihi...
sukaaa banget, tapi aku ma si papa sampe sekarang kok ya ga' pernah ketemu maksudnya apa, disaat aku mo sadar akan keidelisanku eh si papa malah idealis banget..dan begitu pula sebaliknya ga' pernah ketemu di tengah..:(
ReplyDeletemeninggalkan jejak dulu.. baru baca separo :P
ReplyDeleteyuap... belakangan aku makin meyakini diriku sendiri bahwa yang baik buat kita belum tentu baik u/ orang lain.... meski tujuan kahirnya sama yaitu mencapai kebaikan...
ReplyDeleteiyah uni, makanya diawal2 kami kerap bersitegang gara hal2 kecil kaya gitu... hiks...
ReplyDeletesetuju uni, setiap anak itu berbeda dan unik, maka kami sebisa mungkin mendidik sesuai pola yg kami anggap baik, tetep ga menutup mata akan petuah orangtua...
hihihi.. iya uni si kaka teh dah gondrong, ga heran suka disangka cewek.. pernah aku tulis disini http://littlejibran.multiply.com/journal/item/328/328
sippp..... diresapi ajahhh...
ReplyDeletemeski tetep ada batasan2 yang menjadi pegangan bukan..
ReplyDeletelam kenal juga mom...
dan kadang manusia itu bisa berubah sesuai dengan keadaan, seperti hal2 yg kadang membuat kita berubah adalah anak,tentunya kita berubah menjadi bijaksana sesuai peran kita sebagai ibu, sipp...muuach buat jibran..
ReplyDeleteSalam kenal bunda,, tfs.. :)
ReplyDeleteseorg iu pasti selalu memberikan yg terbaik utk anaknya....
ReplyDeleteibu ftm or wm pasti sll berbuat yg terbaik menurut mereka masing2, krn setiap org mempunyai pertimbangan sendiri..
Ibanggggggg uda geeeeeedeeeeeeeeeeeeee ^ ^
ReplyDeletebtw salut sama idealisme mu mak....selama ini aku punya setumpuk idealisme sampe berlaba - laba tapi ga banyak yg sukses kuterapkan.
many thanks for sharing.... :)
semua idealis itu kan ada pertimbangannya say, .. semua itu pastinya u/ sianak .. huhu itu ibang itu koq potonya seksiiiiiii euy ..
ReplyDeletesetuju ra, menjadi bijasana untuk anak yang kadang kehadiran anaklah yang membuat kita menjadi bijak..... mcuaahhh juga tante ra..
ReplyDeletesipp.. salam kenal juga mom...
ReplyDeletesetuju bunda, spt yang aku tulis diatas semua yang diputuskan seorang ibu pastilah ada pertimbangannya, so jika ada perbedaan atau ada hal yang tidak sepaham dengan kita, pastilah hal yang dipilihnya sudah melalui pertimbangan sebelumnya, bukan lantas terkesan menyudutkan atau malah keliatan menghakimi, sejatinya manusia itu berbeda so berbeda itu emnjadi suatu yang lumrah bukan?
ReplyDeletehihihi... MJ juga makin cantik dan ngegemesin pastinyaaa... apalagi mata belo nya ituhhh....... sukaaa......
ReplyDeleteparameternya bukan sukses atau tidak mak, tapi belum.... karena setiap hari kan kita juga belajar, belajar untuk menajdi lebih baik... insya allah...
underline untuk kata2 yang ini : "ada pertimbangannya" setujuuuuu..... karena setiap ibu ingin yang terbaik untuk anaknya itu PASTI
ReplyDeletehihihi.. seksih yaaa?? maluuuu..........
Baru khatam bacanya, tadi pagi cuma sekebet doanks, intip dikit abis krjaan numpuk.
ReplyDeleteHhmmm...agak dalam ya jurnal lo hari ini, tapi gw tau maksdnya Diz.
Intinya apapun dan siapapun kita, sebagai org tua ttp akan melakukan yg terbaik3 buat anak kita, itu betuuulll....
thanks pencerahannya, kena tampar juga dari tulisannya :) tapi demi kebaikan gpp kok
ReplyDeletehuuuuft cape bacanya ... baru selesai...
ReplyDeleteIntinya peran ortu dalam mendidik anak hrs pd jalurnya.
dan hrs yg terbaik :)
Apalg seperti kita Working Mom ..
maaf bu, dalam ya, sedalam apa??
ReplyDeleteyuap mam, setju dan sah2 aja kok jika itu untuk kebaikan, cara tempuhnya aja mgk yang perlu diliat... biar maksud baik kita, niat baik kita tidak terkesan menghakimi orang lain...
ReplyDeletehehe..... cape ya??
ReplyDeletetapi dah selesai kan?
mendidik anak ditempuh masing2 ortu melalui cara yang beda2, meski tujuannya sama untuk mendapat yg baik...
tulisan yang bagus sekali *manggut-manggut*
ReplyDeletetfs ya, mbak.
Udah baca smp slesai, hehehe. Intinya siy fleksibel aja, disesuaikan dengan sikon, jd inget bukunya Melly Kiong, siapa bilang ibu bekerja tidak bisa mendidik anak? Well, gw pribadi masiihh jauhhh bgt dr itu, tp berusaha dan berdoa untuk menciptakan anak berguna bagi masyarakat dan agamanya, amiinn :)
ReplyDeleteUdah baca smp slesai, hehehe. Intinya siy fleksibel aja, disesuaikan dengan sikon, jd inget bukunya Melly Kiong, siapa bilang ibu bekerja tidak bisa mendidik anak? Well, gw pribadi masiihh jauhhh bgt dr itu, tp berusaha dan berdoa untuk menciptakan anak berguna bagi masyarakat dan agamanya, amiinn :)
ReplyDeleteUdah baca smp slesai, hehehe. Intinya siy fleksibel aja, disesuaikan dengan sikon, jd inget bukunya Melly Kiong, siapa bilang ibu bekerja tidak bisa mendidik anak? Well, gw pribadi masiihh jauhhh bgt dr itu, tp berusaha dan berdoa untuk menciptakan anak berguna bagi masyarakat dan agamanya, amiinn :)
ReplyDeleteWaks, knp jd 3 begitu ya komen gw, pdhl submit cm skali, hahahaha
ReplyDeletenepsong tante winda... xixixixi
ReplyDeletemengutip kata Dini, Dizna sama suwami sudah bersinergi dengan baik, orang gak bisa langsung saklek dirubah harus begini begitu, ada kompromi, untuk menjadi lebih baik.
ReplyDeletepasti nanti Jibran jadi lebih baik lagi :)
sama2 mba irma.....
ReplyDeleteyuapp... ini kan buku yg pernah qt bahas waktu chat di YM kan bu?
ReplyDeleteternyata ga sengaja baik elo maupun gw dah sama2 punya nih buku ya bu... hehe......
btw kemarin di tabloid nova gw baca dia mau keluarin buku sejenis edisi 2 loh, waaa...jadi ga sabar menanti bukunya.....
tengkyuuu mba shan, tiap hari belajar dan belajar.... menjadikan perbedaan itu sbg suatu hal yang untuk dimengerti satu sama lain, bukan untuk dihakimi atau disudutkan atau malah disamakan pemahamannya, karena isi kepala orang beda2 kan mba?? sippp.....
ReplyDeletenggak kok, cuma aja bb nya error semalem, klik sekali, muncul 3x, halahhh mesti ganti BB kynya *cari alesaann :))
ReplyDeletehehehe... napa lo bu???
ReplyDeleteakhirnya baca ampe abis...
ReplyDeletekadangkalanya ngeliat pola asuh seseorang yang kita anggap bagus pengen diterapin ke anak kita.. tapi ada kalanya setiap anak beda2 caranya.. jadi mungkin harus di pilah2 mana yang cucok untuk kita mana yang enggak bukan begitu maaaak... yuk aaaah... *mari kita bergoyang sajah*
wah di sini mo poco2 juga ? hihihi
ReplyDeleteyuk jejogetan aja yuuuk... *cinta satu malaaaaammmmm*
ReplyDeletegw ga bisa joget cin, bisanya salsa gimana? :D
ReplyDeletebaru bacaaa...lama gak ngempi..inet dodol...tiap anak mm beda2 pastilah cara mendidik tiap ortu nya pun berbeda. guru ngajiku bilang "gak ada satupun teori parenting yang bs sama plek diaplikasikan ke tiap keluarga"
ReplyDeletesukaaa sama tulisannya bunda ibank..
ReplyDeleteyup, yang harus digarisbawahi adalah setiap orangtua pastinya akan memberikan yang terbaik bagi buah hatinya even menurut orang lain itu bukan cara yang terbaik..
Thanks for sharing bun..^^ --working mom juga ney..hehe--
kalau ada juga, aku gak yakin yang dishare ke orang adalah sebenar benarnya..
ReplyDeleteminimal, teori apapun, selalu punya banyak versi. dan yang benar sebenar benarnya, kebenaran mutlak itu gak ada.
setuju kan ya buuuu
hah ?
ReplyDeleteemang ada yang tega nulis gitu ? dishare ke forum ? OMG, kasihan banget dirinya...bener kata dirimu diz, sungguh dangkal pemikirannya... untung aku gak temenan sama siapapun dirinya...
aku juga besar sama pembantu, kayaknya gak gitu gitu amat..gak jadi tak tau sopan santun,bla bla bla..menurut aku malah yang ngomong gitu yang gak tau sopan santun..itu kan sama aja menyakiti hati setiap orang yang dibesarkan oleh ibu bekerja, juga menyakiti hati setiap ibu bekerja yang terpaksa meninggalkan anaknya pada pembantu..
kata siapa mencari rejeki untuk anak itu bukan jihad ? itu jihad juga lho...
maaf diz, jadi kayak emosi. aku ibu rumah tangga, tapi hatiku gak enak gitu bacanya... soalnya banyak juga temenku yang jadi perempuan karier, tapi anaknya tetap sopan, shaleha, cerdas...
jangan digeneralisir lah..semua ada porsinya
Mba Diz, semangatttt, tiap anak itu unik, hanya ibunya yg tahu yang terbaik untuk anaknya, ibu bekerja atau tidak bekerja sama ajaaa, yg penting kualitas mendidik anak, betulll? :)
ReplyDeletesetuju...gak berarti ibu rumah tangga PASTI lebih baik dalam mendidik anak... aku IRT juga, tapi sedih kalo ada yang mikir begitu, sombong itu namanya.. =(
ReplyDeleteyupp..semangaattttt teteh....
ReplyDelete*kalo udah deket2 jam pulang kantor nambah semangattttt..... kangen anakkk... euyy...
mba nana eh bu mil kemana ajjaaaa.. kangen dehhhh...
ReplyDeleteinsya allah aku dan ayah bisa memberi teladan yang baik... belajar.. belajar dan belajarr...