BIMBA yang kami pilih

Juni nanti genap 3 th usia Jibran. Masa critical dan golden age batita. Ahh.. itu sudah kami sadari sejak beberapa waktu lalu, pun ditambah info dan buku serta artikel yang pernah kami baca, semakin membuat kami perlu “waspada” dalam menghadapi masa critical dan ceriwisnya  Jibran melalui pertanyaan2nya.

Seperti belum lama ini pertanyaan Jibran membuat aku tercengang.

“Bund, Kaka mau jalinya gini aja, ga mau gini.” (situasi dalam keadaan kami selesai sholat, Jibran melihat jari telunjukku dalam posisi tahiyat akhir, Jibran lebih suka membentuk jarinya seperti RCTI ok, J) Bingung jawabnya? Iyalah, tapi aku mencoba memberikan jawaban yang sesederhana mungkin dan dapat dimengerti Jibran.

“Iya Ka, bukan pakai jempol Ka, tapi pakai telunjuk, karena ini bagian dari sholat.” Wuaaa.. menurutku itu udah paling sederhana, meski aku sendiri rada ragu apa iya Jibran mengerti.

 

Balik lagi ke topic, memasuki Jibran 3th, ayah mulai sounding Jibran kudu PG,  (slama ini Jibran PG ikut2an aja, kebetulan PG dekat rumah dimulai dari umur 3th, jadi bagi mereka yg belum 3th belum ada kelasnya, namun tetep bisa ikutan sbg student gelap J, selain itu Jibran juga ikutan PAUD).

Salah satu alasannya kenapa kami kudu pindah Juni adalah ayah ingin Jibran sekolah di lingkungan baru di Jatijajar, padahal sebelumnya aku udah cari2 info di internet untuk PG/TK di sekitaran Cibubur.

 

Plan pun diubah, berikutnya aku survey, kali ini langsung ke TKI Cahaya Ibu (di Jl. Kelurahan Jatijajar No 28 tlp. 021 – 87741285), karena menurut beberapa tetangga di sekitar rumah TK Islam yang bagus disitu. Pergilah kami kesana, tanya2 kurikulum dan metode pembelajarannya, di TKI Cahaya Ibu, ada 2 kelas PG yaitu PG 1 --> usia 2-3th, PG 2 à usia 3-4 th, selanjutnya baru TK. Uang pendaftaran 75rb, biaya masuknya Rp 2.860.000.

 

Kunjungan berikutnya ke TK Qualita (di perumh Jatijajar No 60). Kaka sepupuku udah masukin anaknya disitu, dan progressnya sih bagus, PG ini menerima anak berkebutuhan khusus (anaknya sepupuku anak yang berkebutuhan khusus), sayangnya ini TK umum sementara kami ingin Jibran masuk sekolah Islam.

 

Sempet survey juga ke RA Darunnajah (di Jl. Jatijajar 1 Rt 3/02, Cimanggis, tlp 9125543), nah ini sekolah lebih Islami banget, aku sih sebenrnya cocok, tapi ayah yang keberatan karena lokasinya lumayan jauh dari rumah kami, sarana nya ojek atau jemputan tapi kalau jemputan ayah belum berani membiarkan Jibran sendirian naik jemputan kecuali kalo udah TK, akhirnya plan inipun di coret.

 

Setelah survey ke3 tempat, kami berencana memasukkan Jibran ke PG1 (toddler) di PGI Cahaya Ibu, udah beli formulir jug 75rb. Namun sebelum formulir itu sempat kami kembalikan, tempo hari aku cerita2 dengan temen kantorku. Beberapa temen kantor cerita tentang Bimba AIUEO . Mereka bilang setelah anaknya ikutan Bimba, progressnya significant sekali, padahal sebelumnya anak2 mereka udah ikutan PG namun dari PG belum ada hasil yang significant. Setelah 3 bulan ikutan BIMBA, sebut saja fareal (anak temenku) sekarang udah bisa kenal huruf bahkan mengeja, berhitung pun demikan, penjumlahan antara 1-20 dia sudah bisa, padahal sebelumnya di PG dia belum bisa apa2, kenal huruf iya tapi belum bisa mengeja.

“Iya nih, setelah Farel ikutan Bimba sekarang dia udah bisa baca loh, dia juga ketagihan belajar, kalo jalan2 liat tulisan di jalan dia otomatis akan ngeja dan baca.”

Juju aku penasaran setelah denger cerita temenku, kemudian aku browsing dan telpon. Aku sampaikan ke ayah perihal ini.”Kursus baca? Bimba apaan sih Bund?” Hmm.. reaksi ayah udah bisa aku duga, seperti halnya aku juga di awal mengiranya Bimba ini hanyalah lembaga u/ kursus baca, sempet ga yakin, akhirnya aku dan ayah sepakat untuk survey dan trial Jibran di Bimba.

 

Sabtu 22 May lalu pun aku ke Bimba di Jatijajar, jujur lokasi Bimba sangat sederhana, hanyalah terdiri dari rumah bertipe 36, dan hanya ada 1 ruang kelas saja. “Bund, ini sekolahan ya, mainannya mana?” tanya Jibran pertama kali begitu kami tiba di lokasi. Iya ya kok ga ada mainan, pikirku, hanya ruang kosong, ruang tengah hanya ada 1 meja, di sebelahnya ada westafel dan dapur, rada kedalam kamar mandi. 1 kamar u/ belajar, 1 kamar lagi u/ menaruh arsip.

Yang bikin aku takjub dan tercengang saat kesana dan ketemu beberapa murid Bimba yang tengah menunggu giliran masuk, mereka membawa semacam modul membaca, oleh Ibu Susi (kepala unit Bimba di Jatijajar) anak tsb di test, dan wow… beneran loh dia udah bisa baca tulisan tsb.

Kemudian setelah ngobrol2 keliatan kalo ayah sreg, akhirnya Jibran pun trial di kelas tsb, di Bimba mereka memaximalkan murid 4org u/ 1x pertemuan, lebih dari itu mereka tidak bersedia.

Yang bikin aku surprise Jibran langsung enjoy, ortu ga diperkenankan masuk ke dalam kelas. Meski baru pertama kali ikutan, Jibran betah loh di dalam kelas dari luar kedengaran suara Jibran ikutan nyanyi dan bertanya ini itu J, kira2 setengah jam kemudian Jibran keluar diantar Bu Icha (guru), “Jibran nyari mamanya nih Bu…”

Aku penasaran dengan cara pengajaran di dalam kelas, kemudian aku minta izin masuk seraya menemani Jibran. Ahh.. di dalam ada 4 murid plus Jibran yang belajar, cara belajarnya menarik, mengenalkan huruf melalu bernyanyi, mengenalkan angka melalui gambar. Melihat cara mengajar gurunya pun aku sreg, Bu icha keliatan telaten banget.

“Kaka mau sekolah disini, sama Ibu Icha ya?” tanya ayah. “Mau yah, sama tante Icha ya?”

Hihihi…. “Kok jadi tante? Ibu Icha sayang..” sahutku. “Bukaannn… tante Icha nda…”

 

Ga pake lama kamipun langsung mendaftarkan Jibran ke Bimba. Biaya pendaftaran 205rb, dan uang per bulannya 175rb di discount menjadi 150rb. Jadwal seminggu 3x, aku ambil Selasa-Kamis-Sabtu, agar saat Sabtu aku bisa ikutan ngantar. Namun karena kami belum resmi pindah, sementara Jibran baru akan masuk setiap hari Sabtu aja. Bismillah, semoga pilihan kami ini tepat. Insya Allah…

Alasanku simple aja, kenapa mau memasukan Jibran di bimba, pertama adalah, saat ini Jibran lagi tertarik dan demen2nya “baca” buku, awalnya aku atau ayah membacakan buku tsb ke Jibran, dan ternyata Jibran udah bisa menceritakan kembali isi buku tsb melalui bahasa nya dia,  namun jalan ceritanya sesuai, berikutnya jibran lagi suka banget mainan flash card, dia juga udah hafal berbagai bentuk hewan, sayur, buah, alat transportasi, untuk angka dan huruf memang belum, nahhh.. karena alasan tsb rasanya ga salah jika kami ingin Jibran ikut Bimba, selain belajar bersosialisi dengan teman sebayanya juga untuk bersama2 temannya belajar yang fun. Maklum waktuku bersama Jibran terbatas banget, berangkat setengah 7pagi , pulang setengah 8 malam . 1 pesan ayah, jika Jibran keliatan bosan dan ga enjoy, jangan dipaksa, dan sekali lagi pesan ayah inipun sejalan dengan prinsip Bimba, yaitu mengenalkan bahwa belajar adalah bukan beban namun suatu hal yang mengasyikan. Insya Allah, will see……