Monday, November 30, 2009

cerita tentang seorang teman baik

“Sabar bu, terima dengan ikhlas apapun itu, karena kita ga pernah tau rencana indah dari Allah untuk kita nantinya.”

Kalimat tsb diutarakan Kenny, sahabat sekaligus teman baikku tadi malam via telpon.

“Ken, gw lagi cari suster buat bokap, tapi belum nemu yang sreg nih, ada rekomendasi ga?” tanyaku memulai pembicaraan via telpon.

“Suster mah cari dari yayasan aja.”

“Udah tapi ya gitu banyak banget persyaratannya udah gitu ampun deh mahal banget.”

“Kriteria yang lo perluin apa sih?”

“Ya ga macem2 Bu, yang penting bisa bantu bokap u/ ganti kantung colostomy aja, secara fisik kan Bokap sudah baikan, paling gw butuh 3 bulan ke depan sebelum nyokap pension Maret 2010 nanti.”

“Ya udah kalo gitu sih pake aja perawat cowok or bujang, bokap gw juga dulu gitu kok.”

Percakapan diatas, awal dari pembicaraan antara aku dan Kenny tadi malam. Semua ngalir begitu aja, sampe akhirnya aku cerita tentang sakitnya abah yang sesungguhnya. Vonis dan diagnosa tentang sakitnya abah, sungguh ga pernah kami duga sebelumnya. Terlebih tidak ada gejala yang kami lihat sebelumnya, dan begitu dihadapkan akan kenyataan sakitnya abah, kami semua shock.

 

“Diz, lo harus lebih bersyukur, yang penting gimana sekarang lo ngerawat bokap, tentang umur urusan Allah, tugas kita yang masih hidup merawat sebaik mungkin untuk kesembuhan bokap. Inget kan gimana gw juga dulu kerepotan ngerawat bokap yang stroke? Tapi memang itu kenyataannya, ga mungkin kan kita lari dari kenyataan? Bukti kesabaran gw dan keluarga alhamdulillah bokap sekarang dah jauh lebih baik, asal kita ikhlas Insya Allah semua masalah akan ada jalan keluarnya.” Jawab Kenny panjang lebar.

Degg…. Berasa disentil mendengar ucapan Kenny.

“Thx ya Bu, sepertinya gw harus banyak belajar sama elo.”

“Sama2 diz, ini kan gunanya teman.”

 

 Kenny benar, terkadang aku yang melankolis, belagak siap belagak kuat kenyataannya aku masih rapuh. Terlalu dalam aku artikan tanggung jawab diriku sebagai anak pertama, ga sadar membuat aku menjadi sok kuat padahal sesungguhnya tidak.  Kalo mau dilihat lebih dalam, pastinya banyak orang lain yang mempunyai cobaan jauh lebih dalam dari aku. Ibarat nya aku belum apa2, cobaan ini harus dilewati, ikhlas dan terus berusaha, Insya Allah semua akan terasa mudah.

ket gmb ki-ka : Kenny - dizna - ati

Kenny adalah sahabat dan teman baikku semasa kecil. Berawal dari kedekatan rumah, mulai dari TK-SD-SMP kami lalui bersama. Ketika SMA kita berpisah karena beda sekolah, namun persahabatan ini terus berjalan, saat SMA seringkali Kenny bersama cowoknya jemput aku ke sekolah, trus kita jalan bareng. Hubungan baik ini sudah seperti saudara, kedua ortu Kenny dan ortuku juga sudah sangat dekat. Meski sekarang kita sudah sama2 menikah dan tinggal berjauhan namun hubungan tetap terjalin.

 

Baru 6 bulan belakangan ini Kenny pindah lagi ke Cibubur, menempati rumah barunya. Alhamdulillah sekarang kami bisa lebih sering ketemu, saat week end biasanya aku yang kesana, ngajak Jibran dan Kyo berenang di rumahnya bersama Amel dan Akmal anaknya Kenny.

 

Banyak cerita yang sudah kami lewati bersama. Kenny betul2 sahabat sejati, dia benar2 wanita tangguh, setelah semua cobaan yang pernah dia hadapi dia tetap tough. Secara materi dia berkecukupan namun semua sebanding dengan cobaan hidup yang dia hadapi. Diawali dengan meninggalnya “baby boy” yang belum genap 1 bulan, karena kelainan bawaan sejak lahir, Kenny tetap tabah dan tegar, ga lama disusul Om Andri – papanya Kenny yang tiba2 stroke, dia tetap sabar, kemudian Tente Lola – mama Kenny yang belum lama tiba2 diopname karena hypertensi dan sakit jantung, lagi2 Kenny tetap tersenyum. Dan 1 lagi yang membuatku kagum, setelah vonis dokter terhadap dirinya, sudah lama Kenny merasakan tubuhnya tidak enak, daya tahan tubuh gampang drop, akhirnya setelah bolak balik diperiksa ke beberapa dokter dan RS, kesimpulan dokter sama, Kenny terkena lupus. Astagfirullah, sungguh kaget aku mendengarnya.

 

Pertama kali Kenny bercerita tentang sakitnya ini ke aku, kedengaran tanpa tekanan, semua diceritakan dengan rilex, padahal aku yang mendengarnya aja kaget, bagaimana tidak kebayang wajah Amel dan Akmal yang masih kecil2.

“Jujur gw sedih Diz, dan ga nyangka dengan sakitnya gw, tapi semua harus gw lewati, harus gw hadapi. Kalo gw lemah kasian anak2 dan suami gw, kasian nyokap n bokap gw. Gw yakin seyakin yakinnya bahwa ini adalah bagian kecil cobaan hidup yang emang harus gw hadapi. Gw harus kuat Diz, karena gw yakin gw pasti sembuh.”

Ga terasa berlinang air mataku mendengar ucapan Kenny, sungguh Bu, lo bener2 cerminan hidup gw.

“Insya Allah ya Ken, apapun itu meski lo merasa kuat, meski lo merasa sanggup, tetep cerita sama gw ya Bu, jangan dipendem sendiri. Meski nantinya gw ga bisa bantu lo apa2 paling tidak sebagai seorang temen gw merasa ada artinya buat elo.”

“Pasti Diz, spt artikel yang pernah gw baca, hadapi semua dengan senyum karena senyum adalah semangat.”

 Yaaa… Kenny bener2 wanita tangguh. Kekagumanku padanya semakin bertambah.

 

“Mba Ina, tadi Kenny kesini jenguk Bapak, tapi tampangnya pucet banget.” Seru Ibuku suatu hari.

“Kenny kesini Bu, jenguk Bapak?” tanyaku apda Ibu.

“Iya, dia bilang tadi dia abis control dari RS, udah seminggu ini kondisinya lagi drop lagi, Ibu jadi ga enak liat dia bela2in datang kesini hanya untuk jenguk Bapak.”

 

Itulah Kenny, apapun kondisinya dia tetap perhatian, meski sakit sedang dirasakannya. Kenny pernah cerita sama aku jika lupusnya sedang kambuh, dia bener2 ga berdaya, tenaga benar2 ga ada, untuk bangun dari tempat tidur aja dia sulit banget. Sekarang stiap harinya dia harus konsumsi obat untuk jaga daya tahan tubuh. Masih antar jemput Amel dan Akmal ke sekolah, jika dirasa lagi bener2 drop dia baru pakai jasa supir untuk antar jemput anak2.

 

Percakapanku dengan Kenny tadi malam membuatku sadar, bahwa hidup adalah perjuangan. Thx ya Bu.. semoga lo lekas sembuh, Amel dan Akmal pasti sangat bangga punya mommy seperti dirimu.

 

 ====================================================================

**ceritaku tentang sahabat, postingan ini sudah di acc Kenny, pesannya untuk sekedar berbagi terhadapa mereka yang sedang menerima cobaan..”

Sunday, November 29, 2009

Sensitive lagi.. sensitive lagi….

Barusan kututup telpon dari adikku Om Budi.

 

Yeahh.. akhirnya kan bersitegang dan adu argument lagi.. selalu begitu. Dengan adik bungsuku yang satu ini emang daridulu ga pernah klop, padti kalo ketemu selisih paham mulu. Padahal aku sayang banget sama dia, tapi kayanya dia ga paham itu. Kami berdua saling beranggapan, kita tuh ga pernah klop, yanga da berantem lagi.. berantem lagi.

Awalnya sih sepele, dia Tanya, “Mba kenapa sekarang ibu sensitive banget ya?”

“Ya iyalah Di, Ibu kan cape, wajar kalo Ibu sensitive, berminggu-minggu Ibu ga pulang kan, nungguin Bapak, jadi kalo omongan ibu sedikit emosi yaw ajar, kudunya kamu yang pengertian, bla..bla..bla..”


Omongan diatas pemicunya, dan akhirnya, kita berdua adu argument, menurut dia, akulah yang ga pengertian, akulah yang ga peka. Duh Di… kamu kenapa sih??

Emang kemarin aku juga rada kesel sama dia, saat aku sama Mama Tika sibuk cari suster n ketemu sama yang punya yayasan, aku telpon dia minta supirin, eh dia malah nolak dengan alasan ada keperluan, kemarin sih aku masih terima alsannya tapi entah kenapa sekarang pas terima telpon dari dia, kekeselanku keluar lagi.

Aku Cuma bilang, Di, semua orang saat ini sudah pada titik puncak, wajar kalo sensitive.

 

Kalo udah gini, barulah menyesal, kenapa juga aku ngikutin emosiku, kenapa juga jadi ikutan sensitive?

Bukan salah adikku atau siapapun, harusnya sebagai kakak aku lebih mengerti adikku. Bukan sebaliknya, namun kadang2 jika sudah dihadapkan dengan kondisinya dan ngobrol seperti tadi, akdang2 aku ikutan lost control dan akhirnya seperti tadi.

Di, maaf ya, bukan maksud Mba Ina ga mengerti kamu, entah kenapa belakangan aku juga sensitive banget.  

 

Barusan aku email ke Mama Tika, aku ceritain semuanya, kalo udah gini aku butuh orang netral, dan biasanya adikku Tika lah orangnya. Aku minta dia telpon Budi dan bicarain semuanya, bahwa aku ga ada maksud untuk bersitegang, disaat dalam kondisi yang ga enak ini. Kasian abah sama Ibu, aku ingin semuanya bisa damai…

 

Di maafin Mba ina ya….

 

 

*** Jakarta, Nov 30, 09 curhatanku tentang Om Budi…. Penting ga penting, buatku tetep penting u/ diposting…. L

Wednesday, November 25, 2009

Jumat lebaran ya, abah mau ketupat Mba……

“Jumat lebaran ya, abah mau ketupat sama opor ayam Mba……”

Itulah kalimat yang abah sampein ke aku tadi malam saat aku jenguk abah. Hiksss… arti kalimat yang dalam banget buatku. 

 

“Iya abah Jumat lebaran, abah sabar yaa.. yang penting abah sembuh dulu nanti Mba Ina bikinin ketupat sama opor ayam yang banyak buat abah, ok…??” Menahan isak aku menjawab pertanyaan abah.

 

Pasca operasi 13 Nov lalu, s/d hari ini abah belum bisa makan makanan normal, dalam artian makanan menu lengkap, s/d hari ini pula makanan abah masih cair plus bubur halus. Ditambah cairan nutrisi yang diberikan melalui infuse. Entah berapa lama lagi abah harus melewati ini semua. Kadang2 ga tega liat abah, tapi inilah kenyataan yang harus abah lewati, sakitnya abah bikin ritual abah berubah. Apalagi selain operasi abah juga baru diketahui memiliki diabetes, otomatis sekarang semua makanan yang masuk bener2 under ahli gizi dan ga boleh sembarangan terlebih abah pasca operasi. Kesukaan abah dulu ngemil sekarang berubah semua ditakar, semua dijaga. Semoga saja abah diberi kesabaran… amien….

Karenanya nanti malam kami anak2 abah sepakat untuk kumpul di RS bersama2 melewati malam takbiran. Kami ga ingin abah kesepian, kami ingin abah semangat, kami aka nada di dekat abah apapun kondisinya. Inysa Allah….

Meski lebaran kali ini tanpa opor ayam, tanpa ketupat, tanpa semur daging, Insya Allah semua tetap bermakna. Hewan Qurban sudah jauh2 hari dipesan oleh Om Budi & Mam Tika, dedicated u/ Abah dan Ibu.

Selain abah ada 2 orang yang begitu setia mendampingi abah, yaitu mimih, aka tantenya abah yang dianggap sudah seperti ibu kandung abah sendiri, s/d hari ini mimih ga pulang2 ke rumah, genap 2 minggu mimih setia menemani abah di RS setiap hari siang & malam, “mimih ga akan pulang ke rumah sebelum abah sembuh dan bisa pulang ke rumah.” Begitu selalu jawaban mimih saat aku mengajak mimih pulang.

1 lagi adalah Ibuku, Ibu yang juga sangat aku sayang dan cintai, Ibu yang biasa dipanggail Uti oleh Jibran dan Kyo. Ibu setia menunggui abah. Sudah ga kehitung berapa kali Ibu bolos kerja, baru2 beberapa hari belakangan ini Ibu masuk kantor, itupun hanya setengah hari. “Ga tega Ibu ninggalin Bapak yang lagi sakit.” Begitu selalu alasan Ibu.

2 orang inilah yang emmotivasi aku utnuk lebih semangat mendampingi abah. Sebisa mungkin pulang kerja aku akan ke RS untuk menemani abah, Ibu dan Mimih, begitu setiap hari bergantian dengan adikku aka Mama Tika. Sementara adik bungsuku Om Budi, papa Kyo/Om Randy dan ayah bergantian shift malam dan nginap di RS menemani Ibu Abah dan Mimih.

Jika week end sementara tugas kami digantikan oleh saudara or sepupu2 lainnya. Alhamdulillah hikmah terbesar yang kami dapat dari cobaan ini adalah kebersamaan yang kian erat antar saudar. Alhamdulillah…

“Jadi kapan abah bisa makan ketupat Mba?” Tiba2 abah menyadarkanku lagi..  L

 

Bye.. bye… macettt…..

Udah hampir sebulan schedule pulangku berubah, tidak lagi Cibubur-Senen-Cibubur, tapi Cibubur-Senen-Depok-Cibubur. Pengalaman baru lagi dalam hidupku. Biasanya pulang naik jemputan sekarang ganti naik kereta. Setiap sore udah booking Pak Zul sang OB kantor untuk ngedrop aku ke Gambir. Teteup ga gratisan loh… ongkos ojeknya jadi aku kasih ke OB. Lumayan kan simbiosis mutualisme?? J

 

Pengalamanku ke Gambir bermula sejak abah di rawat di mitra Depok, awalnya waktu belum naik kereta aku milih naik Bus AC 134, namun ampun lamanya, selain bus tsb jarang rutenya juga jauh banget, Senen-Cemp. Putih-Lenteng-Margonda, deuii ga tahan macetnnyaaa… pernah juga pake driver kantor tetep aja macetnya, dan yang sakit hati naik taxi pas hujan, super duper macet, indah banget pas tau argo yang kudu dibayar, hikss L

  

Karena alasan itulah aku putar route naik kereta, dan ternyata.. wuih bener2 significant, Gambir-Depok hanya 30 menit, keren…… tau gitu dari kemarin2 deh naik kereta. Mulai sedikit hafal jam operasi si Thomas eh kereta tsb. Mulai bisa atur waktu dari kantor ke Gambir biar ga kelamaan nunggunya. Hmmm…. smart deh.

Biasanya kalo naik AC dari kantor setengah 5 sampe Depok paling cepet jam 7 seringnya malah setengah 8, lha sekarang naik kereta Express yang jam 5 sampe Depok setengah 6 lewat 10.  Bye.. bye.. maceettttt….

Baru tau loh.. ternyata di Kereta itu ada geng nya juga, jadi mereka akan naik di gerbong yang itu2 aja n ketemuan sama temen2 gengnya misalnya geng gerbong 3. Lucu yaa…

Trus baru tau juga ternyata penumpang kereta itu sebagian besar punya kursi ajaib, seperti kursi pancing or kursi astrada yang akan mereka pake kalo pas kedapatan kereta penuh, otomatis mereka akan ngeluarin kursi ajaib tsb dari tas mereka, (hehe... kursinya bisa dilipet sekecil mungkin dan dimasukin ke tas) dan langsung buka stan di lantai lalu duduk dehh…. Awalnya aku rikuh litany mungkin karena belum biasa ya, lama2 kok malah seru, buang deh tuh gengsi daripada cape diri?? Hehehe…

 

Dan kemarin ada cerita juga, aku ketinggalan naik kereta tujuan Depok, panik lah, secara kereta depok berikutnya baru ada 1 jam lagi, deuuhh lama banget, sementara sore adalah waktu yang sangat berarti buat aku bisa cepet sampe ke RS biar bisa ketemu abah lebih lama, akhirnya begitu kereta exppres jurusan Bogor lewat nekat aku naik, deu ternyata kereta exppress bogor lebih penuh, aku juga kerepotan sendiri, punggung gendong bacpack, dan tangan kanan nenteng laptop ehh kudu diri pula, tau2 ada seorang bapak2 berbaik hati menwarkan kursi ajaibnya untuk aku, yippieee... akhirnya aku bisa duduk manis di kursi ga perlu kecapean diri deh. Thx ya Pak :). Kereta Bogor yang aku naiki kemarain berhenti di staiun Citayam, dan akhirnya aku turun di Citayam, trus kembali n balik lagi ke Depok naik kereta Ekonomi. Ga pha-pha laa….  Yang penting bisa sampe RS lebih cepet.

Sang ayah tercinta pastinya ga merasakan perjuangan istrinya ini, karena kantor ayah kan deket, makanya kompensasinya ayah harus stand bye di RS dan pulang dari RS ke Cibubur bareng aku…

Ntar sore ceritanya mau naik kereta lagi nih, tapi temen2 di kantor bilang datangnya kudu lebih awal, karena kalo menjelang hari libur besar apalagi long week end dan lebaran gini, jadwal kereta suka kacau n ga sesuai schedule, hmm.. ya..ya… kudu siap2 nih, artinya juga untuk pertama kalinya melewat malam takbiran di RS… Hmm.. pengalaman baru lagi…..

Abah….. tunggu Mba Ina yaaa….. nanti malam kita takbiran bersama di RS….

Tuesday, November 24, 2009

Progress si kaka...

Semenjak abah sakit dan opname di RS, otomatis perhatian keluarga tersedot ke abah semua. Bergantian kami anak2nya atur shift untuk menunggui abah. Beberapa kali terpaksa “bolos” dari kerjaan. Jika hari ini Mama Tika yang ga masuk berarti besokny aku yang bolos, dan besoknya Ibu yang bolos, untuk yang cowok, ayah, Om Randy dan Om Budi bergantian nginap di RS, beberapa kali di gantikan oleh Om Fajar dan saudara2 abah yang lain. Alhamdulillah hikmah terbesar dari peritiwa ini, kami menjadi lebih dekat, menjadi lebih tenggang rasa dan mempunyai rasa kebersamaan yang lebih erat. Biaya abah pun, otomasti bergantian menjadi tanggungan kami,s etelah asuransi yang dimiliki abah, habis limitnya, padahal abah punya askes namun askes tsb tidak dapat di gunakan di Mitra. Demi abah apapun akan kami lakukan. Semoga abah cepat sembuh dan kembali berkumpul bersama. Amien..

 

Akhirnya tidak ada pilihan sementara si Kaka Jibran “terpaksa” kami titip di kaka ipar. Bukan tanpa alasan, namun saat ini prioritas dan konsen kami terfocus untuk abah. Setiap harinyaaku pasti ke RS, dan sampe dirumah selalu malam diatas jam 11. Berangkat pun pagi, otomatis waktuku ketemu Jibran hampir tidak ada. Sering saat aku pulang Jibran sudah tertidur. Alhamdulillah Jibran  bener2 nice boy, dia seolah mengerti kondisi Ayah & Bunda nya, ga sekalipun terlihat rewel, meski kami jarang ketemu. Yang ada Jibran maik dekat dengan Bude nya, yang dipanggil Uwa oleh Jibran. Maklum ayah kan sunda, ga terbiasa dengan sebutan Bude… J

Banyak progress si Kaka  yang luput dari perhatianku, bikin ayah dan Bunda tercengang-cengang, apalagi semenjak Jibran mulai sekolah di PAUD.

Berikut contohnya,                 

 “eh.. kaka udah bangun, sini sayang, hug bunda pls…” seru Bunda di suatu pagi melihat Jibran yang baru aja terjaga dari tidurnya.

“uwaaa…….!!! Nda, uwa manaaa???”

“??!!@@$!!??**&&%%!!???...”

(bunda nya ga laku lagi… hiks L)

 

Next situation,  suatu pagi saat ayah lagi ngopi di beranda depan sambil ngerokok..

“Yahhh…. Angan kokok donk… nda boweh yah..”

“??!!@@$!!??**&&%%!!???...”

 

Next situation, saat Jibran lagi liat film documenter, tentang monkey dan anak2nya..

“ Yah, ayahhh… itu ada dede onyet.”

“dede monyet apa kak?”

“itu yah.. dede onyet!” seraya berlari ke arah tv dan menunjuk gambar anak monyet.

“oo.. itu namanya anak monyet ka.”

“bukan yah, itu dede onyet..”

“??!!@@$!!??**&&%%!!???...”

(selama ini Jibran kami ajarkan bahwa u/ anak yang lebih kecil manggilnya dede,

seperti jibran memanggil dede Kyo, dan rupanya hal itu terpatri dibenaknya, duhh..)

 

Next situation, saat jibran diajak menjenguk abah ke RS,

“Abaaahhhh.. abah atit ya??” teriak Jibran saat melihat abah terbaring di tempat tidur lengkap dengan peralatan medis.

“Iya sayang abah sakit.”

“abah ga mau mamam ya nda, jadi atit.”

“ga mau mama kak?”

“Iya nda, abah ga mau mama, jadi atit”

“??!!@@$!!??**&&%%!!???...”

(Rupanya info ini Jibran peroleh dari Uwa, saat kedapatan nyuapi Jibran dan Jibran nolak, uwa mengajarkan jika ga mau mamam nanti jibran sakit, duhhh nakkk….)

 

Next situation, saat waktunya Jibran seolah di PAUD.

“anak pintar.. sekarang baris ya..” Bu Guru di depan memberi contoh kepada anak

Jibran tetap asyik duduk dan tak bergeming tidak berdiri untuk baris.

“Ayo sayang, kok duduk aja, baris ya.” Seru Bu Guru memanggil Jibran.

“Ga mau….. uwaaaa…. Puyang, kaka mau puyang…….”

“Kok pulang, kenapa sayang?” tanya Bu Guru.

“Uwa puyangggg..” mulai merajuk dan menangis.

“Kaka mau puyang, kaka mau bobo aja,…” teriak Jibran

Tiba2 Jibran berdiri dan menghampiri tempat duduk Kyo, “ayo de.. puyang, puyang aja yuk.” Tangannya menarik dan menggandeng kyo,

trus langsung keluar kelas, dan kabur sambil narik2 tangan Kyo, wajar aja Kyo kaget dan nangisss…, Bu Gurunya sampe geleng2 kepala…

“??!!@@$!!??**&&%%!!???...”

 

Next situation, saat diajak ke taman dan melihat patung orang di taman.
“nda… ini kan mimi ya nda.” Seraya tangan mungil jibran menunjuk ke arah dada patung yang memang dalam keadaan tak berbusana.

“mimi??”

“Iya nda, ini mimi, mimi kaya nda kan?” lagi2 tangannya menunjuk ke arah dada patung tsb seolah mempertegas maksudnya.

“??!!@@$!!??**&&%%!!???...”

 

Dan tadi pagi celoteh Jibran bikin aku bingung u/ jawab, ceritanya tdai pagi Jibran aku bawa belanja ke tukang sayur,

“Ih ndaa.. ada dede ayam.. ada dede ayam…” seru Jibran kegirangan saat melihat anak ayam dan induknya di pelataran rumah tetangga

“dede ayam?? Itu anak ayam sayang..”

“bukan nda.. itu dede ayam.. !!”

“ndaa… kalo yang itu kaka ayam kan??” seraya menunjuk kearah induk ayam yang mana tubuhnya memang lebih besar dari anak ayam.

“??!!@@$!!??**&&%%!!???...”

 

 ==================================================================

Diposting untuk dikenang, someday jadi bahan cerita……

Tuesday, November 17, 2009

Pre and Post Picture of Abah

Berikut gambar yang aku ambil, sesaat abah akan di operasi dan pasca operasi.

Belakangan yang kuposting selalu cerita tentang abah, jujur… sakitnya abah membuat aku cukup down, karena selama ini abah relative dekat dengan aku, namun kenapa bisa aku ga tau jika selama ini abah menyimpan sakitnya tsb dan diketahui baru sekarang. Guilty feeling, iya banget. Ini pelajaran berarti buatku, yang kuinginkan sekarang kesembuhan abah, apapun akan kami lakukan untuk abah. Pun dengan ibu sangat terpukul, namun ga bisa selamanya kami  bersedih, kami semua harus bangkit untuk kesembuhan abah. Sekali lagi mohon doanya....

maaf untuk yang tidak berkenan...

 

ket gmb:

29 oct 09 - ini foto wisuda adik bungsuku - om budi, setelah acara wisuda ini kondisi abah drop dan langsung kami bawa ke UGD mitra, harus rawat inap.

ket gmb :12 Nov 09, abah sedang mendengarkan Quran digital, malam terakhir menjelang hari H operasi, abah terlihat tambah tua, BB semula 60 turun menjadi 55

 

ket gmb :13 Nov 09, kondisi abah sesaat setelah keluar dari ruang operasi, masih belum siuman..

Just dedicated to abah... terhitung hingga hari ini sudah 24 hari abah opname di Mitra. Mudah2an lebaran haji ini abah sudah bisa kembali ke rumah, berlebaran Haji dan Qurban bersama-sama di rumah, seperti halnya keinginan abah yang disampaikan ke kami, segera pulang ke rumah, amien...

 

Sunday, November 15, 2009

Abah still @ ICU

Hari ke3 pasca operasi jumat mlm lalu, abah msh terbaring di ICU, alhamd kondisi abah hari ini relative stabil, dibanding hari kmrn yg sempt drop. Aq, ibu & mimih msh stand by disini. Td mlm ayah & om budi yg jaga, nt mlm giliran om randy, bsk gantian mama tika. Demi abah kami bgantian stand by di RS.

Td pagi abah di transfusi darah & ditambah albumin. Hasil lab td pg hb & albumin abah msh rendah. Terus terang kondisi abah yg on off pasca operasi membuat kami tegang & khawatir. Kmrn hb abah jd drop, aq ke pmi u/ ambil stok darah. Smua teman yg bergol darah O kumpul di Pmi kramat u/ donor. Aq benar2 panik, ditmbh lg albumin abah turun jd 1,8. Ga bs kulukiskan perasaanku. Berkali aku menangis, takut & kalut. Doa tak henti2 kupanjatkan. Berhari2 jibran tak kusentuh & kutitip di kaka iparku, krn smua konsen ku focus u/ abah. Maafin bunda ya nak..

Barusan ada info dr dokter bhw abah sdh boleh pindah ke ruangan IMC (Intermediate). Alhamdulillah, artinya kondisi abah smakin membaik. Smg tdk perlu lama2 abah di IMC Room, kmi bharap abah segera bs pindah ke ruang perawatan. Amin.

Mohon doanya semua u/ kesembuhan abah.

(catatan bunda @ mitra, postingnya dr hp maaf ya kalo ga rapi :))

Wednesday, November 11, 2009

H2C H-1

Semua perasaan terakumulasi saat ini, besok penentuan Abah. Setelah menimbang, berpikir, dan bermusyawarah dengan keluarga besar, memikirkan segala resiko dan manfaatnya, insya Allah keyakinan kami semua bulat, besok Abah akan di operasi. Semua demi kebaikan abah, semua demi kesembuhan Abah.

 

Genap 14 hari abah opname, bukan waktu yang sebentar. Berlalunya hari terasa lambat, tidak lagi kurasakan lelah yang mendera, semua focus pada sakitnya abah.
Alhamdulillah meski Jibran tempo hari demam mencapai 40’ disusul Kyo ikutan demam hingga 39’, sempet keteteran membagi konsentrasi antara Jibran dan Kyo yangs edang sakit, abah di RS dan kerjaan kantor yang ga mungkin aku tinggalin lama2. Bersyukur aku memiliki atasan yang sangat pengertian, meski beberapa
kali aku datang telat atau pulang lebih awal bahkan bolos, blio mengerti kondisiku.

 

Sekarang giliranku drop, asma kambuh disusul batuk. Ga ada yang bisa kulakukan selain berdoa dan terus berusaha. Symbicort senantiasa selalu mengiringiku, kapan dirasa perlu segera aku pakai. Alhamdulilah sedikitnya mengurangi sesak nafasku.

 

Abah jarang sakit, itulah kenyataannya selama ini. Namun sungguh itu 1 keliruan besar, bukan abah jarang sakit, sebaliknya karena abah selalu berusaha menyembunyikan sakitnya itu. Dirasakan sendiri, dipendam sendiri, hingga kami semua merasa abah baik-baik saja, sampai akhirnya abah drop dan baru diketahui sakitnya abah kini.

Setelah melalui pemeriksaan panjang, vonis dokter cukup jelas, bagai pukulan telak buat kami semua. Tumor Rektum Ya Allah… sungguhkah ini? Kalimat pertama yang keluar dari mulutku begitu mendengar penjelasan dokter. Di ruang dokter aku menangis, ga lagi peduli tempat, spontan itu yang kurasakan. Sempet terdiam ga tau harus bagaimana, “Bu.. apapun penyakit ayah Ibu, inilah kenyataanya, terima dengan ikhlas ya Bu.” Ucap dokter kepadaku. Degg… inilah kenyataannya. Dokter itu benar, menangis sesuatu yang manusiawi namun aku tidak bisa terus2an hanya menangis. Aku harus bangkit, meski dirasa berat Insya Allah pasti ada jalan keluar.

 

Penyebab sakitnya abah selama  beberapa hari kurahasiakan kepada Ibu. Belum cukup hati menyampaikannya, hingga akhirnya Minggu lalu setelah rapat besar keluarga, melalui suamiku, ia menyampaikan keadaan Abah sesungguhnya. Nangis, itu reaksi awal dari Ibu begitu mendengar sakitnya abah, aku cukup mengerti jika Ibu merasa down, itulah yang kurasakan beberapa hari lalu.

 

Tante, nenek, Om mencoba meyakinkan Ibu bahwa semua yang terjadi harus diterima dengan ikhlas, Sabar dan tawakkal atas semua nya. Meski awalnya berat, tapi ini harus dihadapi.

Cukup lama kami semua meyakinkan Ibu, bukan perkara mudah bagi Ibu menerima kenyataan ini. Penyakit ayah bagai momok untuk ibu, langsung kebayang kematian dan anggapan tidak dapat disembuhkan. Ya Allah kuatkanlah Ibu, begitu terus ucapku dalam hati.  Sedihhhh rasanya liat Ibu menangis, sakit rasanya hati ini, segera kudekati Ibu, kupeluk Ibu, meminta Ibu untuk beristigfar. Ini bagian dari rencana Allah, Insya Allah Bapak pasti sembuh, begitu terus aku mencoba meyakinkan Ibu.

Setelah banyaknya support dari teman, keluarga, tetangga yang diberikan kepada kami, alhamdulillah sekarang kami bisa ikhlas dan menerima kenyataan ini. Kemudian dari internist di rujuk ke dokter bedah, konsul dan membicarakan rencana pengobatan selanjutnya untuk abah. Akhirnya kemarin malam dicapai kesepakatan rencana operasi abah adalah besok Jumat pk 5 sore. Sampai dengan hari ini kondisi abah relative stabil. Pemerikasaan penunjang semua telah dilakukan. MCU, cek lab, konsul ke kardiolog, dan semua hal yang berkaitan dengan rencana operasi sejak kemarin sudah mulai dipersiapkan.

 

Selebihnya tugas kami semua untuk meyakinkan abah bahwa operasi ini Insya Allah berjalan lancar. Meski jujur semakin mendekati hari H aku semakin deg2an. Cemas luar biasa. Ini operasi besar dan serius, begitu ucap dokter bedah. Persiapkan mental dan terus berdoa, team dokter akan berusaha yang terbaik itu pasti, selebihnya Allah yang punya kuasa. Setiap operasi pasti ada resikonya, namun pikirkanlah tujuan operasi ini untuk kesembuhan abah. Berkali-kali dokter menegaskan hal ini kepada kami.

 

Mungkin Inilah saatnya aku berbakti kepada orangtua, Ya Allah, kuserahkan semua ini kepadamu, kupasrahkan semuanya kepadamu, kami ingin kesembuhan untuk abah, kami ingin abah bisa berkumpul lagi bersama kami. Berilah kelancaran pada operasi besok. Amien…

*doaku untuk abah, ayah dan kakek yang sangat kami sayangi…”

                       ini adalah foto lebaran lalu, di bandara sesaat sebelum take off ke jambi

Tuesday, November 3, 2009

Berusaha untuk Ikhlas

Semalam aku baru tiba di rumah setengah 11 malam setelah sebelumnya ke Mitra menjenguk abah , sudah berandai-andai begitu sampe rumah segera mandi dan istirahat. Namun rencana tsb urung setelah kudapati Jibran demam. Adikku sengaja tidak mengabarkanku karena dia ga ingin aku panik. Cape dan lelah terabaikan, ya Allah Jibran kenapa nak? Ku cek suhunya derrrr… 38,2. Adikku bilang demamnya Jibran tiba2 baru setengah 8 ba’da isya. Dari tadi rewel mulu.

Setelah sejenak mandi dan ganti baju baru kugendong Jibran, malam itu giliran ayah nginap di RS nungguin abah, jadilah semalam aku gendong jibran karena dia rewel semalaman.

Sampai tadi pagi aku berangkat kantor Jibran masih demam dan sesekali nginggau. Nak.. sabar yaa… Insya Allah kamu lekas sembuh.

 

Sore ini padahal aku sudah janjian u/ ketemu dokter u/ konsul tentang sakitnya Abah. Ibu dan abah memang belum kami beritau sakitnya abah. Kami masih menunggu waktu yang pas. Sungguh ini cobaan berat buat kami, bagaimana tidak abah yang selama ini sehat tiba2 sekarang sakit dan diaognosa sakit abah sungguh ga bisa kami percaya. Kepastiannya memang masih menunggu hasil biopsy senin nanti, namun ciri2 sudah mengarah ke sana.

 

Jika ada beberapa teman MP yang nanya ke aku dan PM apa diagnosa sakitnya abah, aku memang belum berani kasih jawaban atau upload  di MP sebelum ada kepastian yang jelas. Jujur sebagai anak sulung aku benar2 merasa ini berat, tapi aku harus kuat demi adik dan ibuku. jujur..pedihhhhh banget terima kenyataan ini, semoga dugaan dokter akan sakitnya abah ini keliru, aku pingin abah sehat, meski aku harus mempersiapkan kemungkinan terburuk bisa saja terjadi. Semoga Allah memberi aku kekuatan dan kesabaran.

 

“Mba Ina, sebenarnya abah sakit apa, kenapa abah diperiksa macam2, abah pingin pulang.” Ucap abah tadi malam sesaat aku dan Mama Tika pamit ingin pulang.

Deggg… aku dan Mama Tika saling berpandangan, sedihhhh banget dengar abah bicara setengah memohon.

“Abah sabar ya. Pemeriksaan itu dilakukan untuk kebaikan abah, biar abah lekas sembuh. Mba Ina ga mau abah dikasih obat macem2 kalo ga ada data yang akurat,makanya abah diperiksa, yang penting sekarang abah ga usah mikir macem2, abah harus banyak makan biar cepet sembuh, Insya Allah abah pasti akan cepet pulang.” Ucapku menghibur abah.

Trus CT scan buat apalagi?” Tanya abah.

“Abah CT Scan itu untuk memeriksa lebih dalam sakitnya abah, dan ini tidak sakit. Kita semua pasti mengusahakan yang terbaik untuk abah biar abah cepet sembuh.”

Ya Allah, dada ini terasa begitu sesak, di mobil dalam perjalanan pulang, lagi2 aku menangis. Kulihat Mama Tika yang duduk di sebelahku pun tampak lelah, aku maklum karena dia sedang hamil. Jarak Kuningan Depok lumayan jauh seperti juga aku yang bolak balik cibubur-senen-depok. Mudah2an aku ga drop, begitu selalu harapanku.

 

Belum lagi urusan abah kelar sekarang Jibran sakit. Tadi telpon ke rumah Jibran rewel, minta digendong mulu, duhhh nak, sabar ya… Bunda juga rasanya ingin pulang tapi ga mungkin karena sejak kemarin Bunda sudah izin2 terus, meski di kantorpun ga bisa konsen kerja.  Jibran pastinya kangen sama ayah bundanya, karena selama abah sakit otomatis perhatian tersedot untuk mengurusi abah. Aku terlalu yakin kalau Jibran baik2 saja, dan ternyata aku keliru, Jibran pun butuh perhatian. Maafin Bunda ya Nak..

 

Lelah fisik lelah hati semua kuabaikan. Insya Allah aku harus kuat, suka atau tidak inilah kenyatannya yang harus aku jalani. Meski terasa berat aku berusaha sekuat mungkin untuk ikhlas, Insya Allah akan ada hikmah dibalik cobaan ini. Amien.. ya robal alamien..

 

Monday, November 2, 2009

Inikah cobaan??

Sejak semalam mata ini lelah, air mata terus mengalir, meski kucoba tahan namun aku tak kuasa, kembali turun dengan derasnya, cemas hati, cemas pikiran, cemas perasaan, semua perasaan jadi satu. Cengengkah aku? Entah, aku keingetan abah terus. Ke kantorpun sesungguhnya ga bisa konsen kerja karena pikiran inget ke abah. Pulang kantor, bolak balik ke RS, cape badan ga kurasakan. Meski harus realistis dan rasional, bahwa semua sudah ada yang mengatur, semua rahasia Allah, semua kehendak Allah.

 

Menunggu hasil biopsy setelah tindakan colonoscopy pada abah kemarin sore, membuat aku cemas dan khawatir. Ya Allah semoga ketakutan ini tidak berkepanjangan, semoga Allah memberikan yang terbaik untuk abah. Amien…

 

Begitu dokter memanggil aku dan berbicara, terasa bagai godam , Ya Allah, semoga itu keliru.” Ucapku dalam hati.

Segera ku sms ayah yang masih dijalan untuk segera tiba di RS. Ayah datang bersamaan dengan adik bungsuku. Ga kuasa menahan, akhirnya tumpah juga, pertahananku bobol, sesenggukan kuceritakan semua hasil pertemuanku dengan dokter tadi. Ayah terdiam demikian juga adikku.

“Bund, semua masih perkiraan, belum ada hasil, berdoa saja semoga apa yang dikhawatirkan dokter itu tidak terjadi, Bunda harus kuat, yakini apa yang terjadi sekarang kehendak Allah, Allah yang punya kuasa, Abah ini orang baik Bund, cobaan ini diberikan karena Allah sayang sama Abah, kita sebagai manusia hanya bisa berencana tapi Allah yang menentukan, serahkan semuanya kepada Allah, berdoa dan pasrah Bunda, kembalikan semua kepada Allah, yang terpenting kita jangan putus asa terus berusaha dan berdoa untuk Abah ya Bund.” Ucap ayah mencoba menenangkanku.

 

Terngiang kembali perkataan Abah, “hidup mati seseorang adalah kuasa Allah.” Begitu selalu ucap abah.

 

“Jangan bawakan abah Koran, abah jadi ngantuk kalo baca Koran, mendingan bawain abah Quran dan kacamata, abah ga betah kalo Cuma tiduran seperti ini.” Ungkap abah kepada Mama Tika.

Ya Allah, semoga kami semua bisa menerima kehendakmu dengan ikhlas Ya Allah, meski kemungkinan terburuk bisa saja terjadi, tolong beri kami kekuatan. Kami akan melakukan yang terbaik untuk Abah, apapun itu. Mudah2an apapun hasilnya nanti, adalah yang terbaik yang Allah berikan untuk abah, dan untuk kami semua orang yang sayang dan mencintai abah.

 

Berikut foto abah saat masih sehat, masih gemuk, sebelum sakit.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sunday, November 1, 2009

Kondisi Abah sekarang

Setelah 4 hari opname di Mitra Depok, secara fisik kondisi abah sudah baikan, meski Gula Darah masih belum stabil, nanti sore akan dilakukan colonoscopy untuk mengecek  lebih jauh ada apa dengan pencernaan abah. Mudah2an semua berjalan lancar.

Siang ini after lunch aku langsung ke Mitra, izin cuti setengah hari, jujur aku jadi ga konsen kerja.

 

Sekarang semua makanan sudah diatur, abah hanya boleh makan makanan dari RS saja, hmm… kasian abah, padahals elama ini abah juga ga pernah makan macam, santan dihindari, jeroan dihindari, pedas sama sekali ga disentuh, namun perutnya masih bermasalah. Mudah2an penyakit abah segera diketahui.

Abah berkali2 bilang pingin pulang, kangen sama Jibran dan Kyosha, padahal week end lalu kita semua kumpul di RS, namun Kyosha dan Jibran nunggu di lobby ga boleh naik ke atas, abah yang sabar yaa.. nanti kalo abah sembuh abah pasti akan ketemu dan main2 lagi sama Jibran dan Kyosha.

 

1 hal yang aku salut, sholat abah ga pernah ketinggalan, kemarin Om Budi lupa bawain kacamata abah sempet complain karena abah jadi ga bisa baca Qur’an.

Bolak balik juga abah ke kamar mandi karena mau wudhu, padahal tangan masih terinfus, akhirnya infuse ditangan kiri di pindah ke tangan kanan karena basah dan rembes air. Beberapa kali suster datang untuk periksa terpaksa harus nunggu karena abah sedang sholat atau baca Qur’an. Subhanallah….

 

Buat semua yang mampir dan baca postingan ini, mohon doanya ya, semoga colonoscopy sore ini berjalan lancar dan abah bisa segera sembuh dari sakitnya, amien…