“Sabar bu, terima dengan ikhlas apapun itu, karena kita ga pernah tau rencana indah dari Allah untuk kita nantinya.”
Kalimat tsb diutarakan Kenny, sahabat sekaligus teman baikku tadi malam via telpon.
“Ken, gw lagi cari suster buat bokap, tapi belum nemu yang sreg nih, ada rekomendasi ga?” tanyaku memulai pembicaraan via telpon.
“Suster mah cari dari yayasan aja.”
“Udah tapi ya gitu banyak banget persyaratannya udah gitu ampun deh mahal banget.”
“Kriteria yang lo perluin apa sih?”
“Ya ga macem2 Bu, yang penting bisa bantu bokap u/ ganti kantung colostomy aja, secara fisik
“Ya udah kalo gitu sih pake aja perawat cowok or bujang, bokap gw juga dulu gitu kok.”
Percakapan diatas, awal dari pembicaraan antara aku dan Kenny tadi malam. Semua ngalir begitu aja, sampe akhirnya aku cerita tentang sakitnya abah yang sesungguhnya. Vonis dan diagnosa tentang sakitnya abah, sungguh ga pernah kami duga sebelumnya. Terlebih tidak ada gejala yang kami lihat sebelumnya, dan begitu dihadapkan akan kenyataan sakitnya abah, kami semua shock.
“Diz, lo harus lebih bersyukur, yang penting gimana sekarang lo ngerawat bokap, tentang umur urusan Allah, tugas kita yang masih hidup merawat sebaik mungkin untuk kesembuhan bokap. Inget
Degg…. Berasa disentil mendengar ucapan Kenny.
“Thx ya Bu, sepertinya gw harus banyak belajar sama elo.”
“Sama2 diz, ini
Kenny benar, terkadang aku yang melankolis, belagak siap belagak kuat kenyataannya aku masih rapuh. Terlalu dalam aku artikan tanggung jawab diriku sebagai anak pertama, ga sadar membuat aku menjadi sok kuat padahal sesungguhnya tidak. Kalo mau dilihat lebih dalam, pastinya banyak orang lain yang mempunyai cobaan jauh lebih dalam dari aku. Ibarat nya aku belum apa2, cobaan ini harus dilewati, ikhlas dan terus berusaha, Insya Allah semua akan terasa mudah.
Kenny adalah sahabat dan teman baikku semasa kecil. Berawal dari kedekatan rumah, mulai dari TK-SD-SMP kami lalui bersama. Ketika SMA kita berpisah karena beda sekolah, namun persahabatan ini terus berjalan, saat SMA seringkali Kenny bersama cowoknya jemput aku ke sekolah, trus kita jalan bareng. Hubungan baik ini sudah seperti saudara, kedua ortu Kenny dan ortuku juga sudah sangat dekat. Meski sekarang kita sudah sama2 menikah dan tinggal berjauhan namun hubungan tetap terjalin.
Baru 6 bulan belakangan ini Kenny pindah lagi ke Cibubur, menempati rumah barunya. Alhamdulillah sekarang kami bisa lebih sering ketemu, saat week end biasanya aku yang kesana, ngajak Jibran dan Kyo berenang di rumahnya bersama Amel dan Akmal anaknya Kenny.
Banyak cerita yang sudah kami lewati bersama. Kenny betul2 sahabat sejati, dia benar2 wanita tangguh, setelah semua cobaan yang pernah dia hadapi dia tetap tough. Secara materi dia berkecukupan namun semua sebanding dengan cobaan hidup yang dia hadapi. Diawali dengan meninggalnya “baby boy” yang belum genap 1 bulan, karena kelainan bawaan sejak lahir, Kenny tetap tabah dan tegar, ga lama disusul Om Andri – papanya Kenny yang tiba2 stroke, dia tetap sabar, kemudian Tente Lola – mama Kenny yang belum lama tiba2 diopname karena hypertensi dan sakit jantung, lagi2 Kenny tetap tersenyum. Dan 1 lagi yang membuatku kagum, setelah vonis dokter terhadap dirinya, sudah lama Kenny merasakan tubuhnya tidak enak, daya tahan tubuh gampang drop, akhirnya setelah bolak balik diperiksa ke beberapa dokter dan RS, kesimpulan dokter sama, Kenny terkena lupus. Astagfirullah, sungguh kaget aku mendengarnya.
Pertama kali Kenny bercerita tentang sakitnya ini ke aku, kedengaran tanpa tekanan, semua diceritakan dengan rilex, padahal aku yang mendengarnya aja kaget, bagaimana tidak kebayang wajah Amel dan Akmal yang masih kecil2.
“Jujur gw sedih Diz, dan ga nyangka dengan sakitnya gw, tapi semua harus gw lewati, harus gw hadapi. Kalo gw lemah kasian anak2 dan suami gw, kasian nyokap n bokap gw. Gw yakin seyakin yakinnya bahwa ini adalah bagian kecil cobaan hidup yang emang harus gw hadapi. Gw harus kuat Diz, karena gw yakin gw pasti sembuh.”
Ga terasa berlinang air mataku mendengar ucapan Kenny, sungguh Bu, lo bener2 cerminan hidup gw.
“Insya Allah ya Ken, apapun itu meski lo merasa kuat, meski lo merasa sanggup, tetep cerita sama gw ya Bu, jangan dipendem sendiri. Meski nantinya gw ga bisa bantu lo apa2 paling tidak sebagai seorang temen gw merasa ada artinya buat elo.”
“Pasti Diz, spt artikel yang pernah gw baca, hadapi semua dengan senyum karena senyum adalah semangat.”
“Mba Ina, tadi Kenny kesini jenguk Bapak, tapi tampangnya pucet banget.” Seru Ibuku suatu hari.
“Kenny kesini Bu, jenguk Bapak?” tanyaku apda Ibu.
“Iya, dia bilang tadi dia abis control dari RS, udah seminggu ini kondisinya lagi drop lagi, Ibu jadi ga enak liat dia bela2in datang kesini hanya untuk jenguk Bapak.”
Itulah Kenny, apapun kondisinya dia tetap perhatian, meski sakit sedang dirasakannya. Kenny pernah cerita sama aku jika lupusnya sedang kambuh, dia bener2 ga berdaya, tenaga benar2 ga ada, untuk bangun dari tempat tidur aja dia sulit banget. Sekarang stiap harinya dia harus konsumsi obat untuk jaga daya tahan tubuh. Masih antar jemput Amel dan Akmal ke sekolah, jika dirasa lagi bener2 drop dia baru pakai jasa supir untuk antar jemput anak2.
Percakapanku dengan Kenny tadi malam membuatku sadar, bahwa hidup adalah perjuangan. Thx ya Bu.. semoga lo lekas sembuh, Amel dan Akmal pasti sangat bangga punya mommy seperti dirimu.
**ceritaku tentang sahabat, postingan ini sudah di acc Kenny, pesannya untuk sekedar berbagi terhadapa mereka yang sedang menerima cobaan..”