Lanjutan dari ceita sebelumnya...
Cari dokter kandungan yang sesuai dan sreg dengan hati ternyata ga mudah. Akhirnya ketemulah aku sama dr Idrawati di RS Mitra Int’, emang dari awal kalo u/ konsul aku pilih obgyn wanita, bukan apa, tapi lebih kefaktor kenyamanan aja, maklum pastinya konsul infertilitas kan akan ada periksa dalam, so kalo sama2 wanita kan enak.
Bener2 H2C begitu pertama kali ketemu dokter. Ditanya udah berapa lama nikah, siklus haid, gaya hidup dan kebiasaan aku dan suami. Setelah melalui pemeriksaan yang panjang termasuk cek sperma, alhamdulillah kami berdua dinyatakan sehat, catatan u/ suami kurangi merokok, karena si ayah emang perokok. Berbulan-bulan kami bolak balik ke dokter, catat kapan setiap haid, hitung masa subur, kapan waktu2 yang baik u/ nyampur dan semua treatment dokter kami patuhi, namun ternyata aku belum juga hamil. Merasa cape bolak balik akhirnya kunjungan ke obgyb kami stop, selanjutnya tinggal berdoa dan pasrah.
Kehidupan kami mulai tenang, meski sesekali masih suka adu argument. Namun pertanyaan tentang anak semakin sering sampe ke telingaku. Mulai ga nyaman dan merasa kesel. Pernah saking keselnya ada kerabat yang Tanya tentang anak, kujawab, “Wa, aku juga mau punya anak tapi kalo belum waktunya gimana, Nanti aku tanya Allah aku dapat antrian no berapa.” Gilaaa… diluar akal sehat, jawabanku bener2 ngawur. Ayahnya Jibran pun ga suka dengan jawabanku tapi aku kadung kesel. Akhirnya aku malas datang ke arisan keluarga, malas ikut undangan, enggan silaturahmi ke rumah saudara. Ayah ga bisa apa2 karena ayah emang ga suka maksa.
Pelampiasanku makin menjadi, aku merasa benar2 jauh dari keluarga, aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman2 kuliahku, beberapa temen kuliahku banyak yang belum menikah, kalopun ada yang udah nikah, mereka pun belum punya anak, seperti diriku. Merasa dapat dukungan dari temen2ku, aku makin asyik. Kupikir selama aku masih bisa bagi waktu antara pekerjaan kantor, pekerjaan di rumah, dan ayah ga complain, aku merasa semua baik2 saja, aku mulai jarang berduaan dengan ayah. Sampai suatu hari ayah menegurku, “Bund, kamu seneng kalo ketemu temen2mu?” “Ya iyalah, emang kenapa Yah.” Jawabku. “Bener kamu merasa tindakanmu itu ga keliru, main sama temen2 setiap week end.” Tanya ayah lagi. “Loh emang kelirunya dimana, toh aku masih bisa bagi waktu antara kerjaan dan di rumah.” Jawabku. “Hmmm… ok, aku ga akan larang, silahkan aja jika menurutmu itu baik, lakukanlah.” Jawab ayah. Dalam hati aku bingung, si ayah nih kenapa sih….
Setelah beberapa lama aku asyik dengan teman2ku, sampai suatu hari aku ga sadar, ternyata ayahpun juga melakukan hal yang sama. Ayah sering banget telat pulang ke rumah, ternyata ayahpun ngumpul dengan teman2 klub vespanya. Aku ga berani complain. “Aku kan sudah pernah nanya sama Bunda, dan Bunda jawab ini bukan suatu kekeliruan toh kita main dengan teman masing2 bukan?” Ujar Ayah. Deeegggg… aku berasa disindir. Hmm… ayah ga pernah complain, ayah ga pernah marah, ayah ga pernah curiga, ayah hanya melakukan apa yang aku lakukakn. Awalnya aku merasa ayah balas dendam ternyata bukan, ayah melakukan hal yang sama, karena aku cenderung ga terima jika diberitau atau diingatkan melalui kata2, namun aku akan menyadari jika diberitau dengan hal yang sama.
Suatu malam ayah pulang larut, aku di rumah menunggu, kutelpon ga diangkat, ku sms ga dibalas. Sampai akhirnya ayah pulang pk 11, aku ga berani nanya darimana ayah, sampai akhirnya aku ga tahan dan nangis, ayah Cuma ngeliatin, makin aku nangis, ayah masih belum berkata2, sejurus kemudian ayah memelukku masih tanpa kata2.
Sikap ayah semakin aku mengerti, semakin aku paham. Ayah tipikal idealis sungguh idealis. Keras dilawan keras ga ada guna. Titik nadir itu datang di pertengahan ramadhan 2006. Buku2 resep dan masakan yang ayah belikan selama ini, pelan2 aku pelajari. Macam macam kue dan masakan mulai aku coba buat. Meski banyak gagalnya, ayah selalu bilang enak. Bener2 ayah menghargai usahaku. Hasil praktek bikin kue ga sia2, terbukti lebaran aku bisa bawa oleh2 kue kering buatan sendiri ke kampung ayah di Cirebon dan juga untuk ortuku.
Lebaran 2006 ga akan bisa kulupakan. Aku dan suami mudik ke Cirebon, ayah (abah) dan ibuku (mba uti) juga ikut termasuk 2 adikku. Rencananya lebaran pertama kami sekeluarga di Cirebon dan lebaran kedua kami ke Kuningan, kampung halaman abah. Lebaran pertama 24 Okt 06 bertepatan dengan b’dayku, sungguh meriah, mertuaku membuatkan kami ayam bakar dan nasi kuning. Di hari lebaran ke 2 ketika kami siap2 mau ke Kuningan tiba2 dari arah kamar mandi, abah teriak2, entah kenapa tiba2 abah terjatuh, dan ga bisa bangun, kami semua panik, kemudian abah dibawa ke RS Pelabuhan, berhubung hari lebaran, hanya ada dokter jaga. Setelah dirawat selama 2 hari tidak ada perubahan, kami putuskan untuk membawa abah ke Jakarta. Akhirnya dengan ambulance kami membawa abah ke RS Mitra Int – Jkt. Selama di ambulance perjalanan Cirebon-Jkt, aku mual2 dan muntah ga henti2. Aku ga curiga apa2, focus kami semua ke pengobatan abah. Alhamdulillah di Jkt ayah dapat pengobatan yang baik, diketahui ada syaraf kejepit di pinggang ayah.
Aku mengeluh ke ayah, kenapa mualku ga kunjung sembuh, ayah bilang mungkin mau haid. Apa haid.. hah? Baru aku nyadar seharusnya 8 Okt aku haid, ternyata s/d tgl 29 okt aku belum haid, sempet GR hamil kah aku, tapi ga berani seneng dulu karena siklus haidku emang ga teratur? Mumpung lagi di RS ayah minta aku langsung ke obgyn aja, kuturuti omongan ayah, aku ke obgyn di temani ayah, dokter Tanya kapan terakhir haid, lalu USG dan “selamat ya Pak, anda jadi calon bapak.” Ujar dokter. “Maksud dokter?” Tanya suamiku. “Istri anda hamil Pak, sekali lagi selamat ya.” Hah???? Suami ku langsung memelukku, “alhamdulillah Bunda, Bunda hamil”… ga terasa airmataku meleleh, antara percaya dan tidak percaya. Alhamdulillah, trima kasih ya Allah, disaat abah sedang terkapar karena sakit, kau berikan satu karunia lainnya dengan kehamilanku.
Segera kusampaikan berita bahagia ini ke abah dan Ibuku, juga ke mertua dikampung. Semua bahagia dan pesan yang sama, hati2 dan jaga kehamilan ini baik2.
Bulan demi bulan, kulalui dengan lancar, semenjak diketahui hamil ayah semakin perhatian. Antar dan jemput aku jadi agenda wajib ayah. Sungguh belum pernah ayah sebegitu perhatiannya ke aku. Sampai akhirnya di bulan ke 6 dokter mengatakan kehamilanku mengalami plasenta previa, hmm.. pantas acapkali selesai berhubungan atau kecapean pasti besoknya aku flek. Sempet khawatir, namun dokter bilang semua akan baik2 aja, yang penting hati2, jika sudah cukup minggu masih previa tidak ada jalan lain kecuali Caesar.
Di kehamilan 38, tepatnya 7 Juni 07 aku melahirkan Jibran melalui Caesar. Sungguh pinginnya aku lahiran alami, namun di USG di minggu 37 ari2 masih menutupi jalan lahir, kepala bayi ga bisa turun.
Syukur alhamdulillah operasi berjalan lancar. Semua bahagia menanti eklahiran Jibran. Trima kasih ya Allah… akhirnya kau berikan kami kepercayaan dengan hadirnya Jibran ditengah2 kami.
Banyak anak banyak rejeki. Itu pepatah orangtua dulu. Berjalannya waktunyak rejeki yang tak terduga. Ayah dapat promosi di kantor, aku tengah hamil 7 bulan. Awal2 pernikahan kami masih dipinjami kendaraan oleh orangtua, sampai tanpa diduga kami bisa beli sendiri kendaraan. Alhamdulillah…
Suatu hari ayah dapat proyek dari adikku Mama Tika, niat awal membantu mencarika supplier, namun belakangan karena kepet waktu, ayah memberanikan diri mengambil proyek tsb, sempat tertatih-tatih dan bikin dummy beberapa kali gagal, modal hampir habis, namun ayah ga menyerah, sampai akhirnya proyek tsb berhasil, usaha ayah ga sia2… alhamdulillah. Uang hasil proyek tsb akhirnya oleh ayah dibelikan sebidang tanah.
Dan puncaknya bulan Maret lalu rencana awal kami ingin bikin pagar ditanah tsb, ayah bilang ke abah cirebon (bapak mertuaku) sayang kalo hanya bikin pagar, ayah nekat malah bikin rumah, padahal uang pas2an. Sungguh aku ga duga ayah senekat itu, "Insya Allah Bund, semua lancar, yang penting support dan doanya, prihatin untuk hasil yang besar"
Sampai akhirnya saat ini tanah yang kami beli pada Agustus 08 sudah berdiri rumah yang pembangunannya sudah masuk tahap finishing. Trimakasih ya Allah, semua karuniamu ini berasa mimpi.
Meski sekarang Jibran sedang treatment untuk HB nya. Insya Allah kami aku dan suami ga akan putus berusaha. Seperti ayah bilang, “manusia tempatnya berusaha, Allah yang menetukan. Yang penting ikhlas dan selalu berdoa. ” Amien... semoga semuanya lancar..
====================================================================
*catatan Bunda yang masih punya banyak PR untuk terus berusaha yang terbaik untuk Jibran, untuk ayah, untuk semua orang2 yang aku cintai......