Thursday, July 30, 2009

[Share] Aku biasa-biasa saja

Nice article.... email from my friend...

Just to share... 

====================================================================

 

Tahukah anda, apa yang paling dibanggakan orang tua dari anak-anaknya?
Boleh jadi adalah kecerdasan scholastic, seperti matematika, bahasa,menggambar (visual), musik (musical), dan olahraga (kinestetik).

Tetapi, pernahkah kita membanggakan jika anak kita memiliki kecerdasan moral, kecerdasan intrapersonal, atau kecerdasan interpersonal?

Rasanya jarang, sebab ketiga kecerdasan yang terakhir hampir pasti uncountable, tidak bisa dihitung, dan sayang sekali tidak ada pontennya (nilainya) di sekolah, karena di sekolah hanya memberikan penilaian kuantitatif.

Adasebuah cerita tentang seorang anak, sebut saja namanya Fani (6,5 tahun), kelas I SD. Ia memiliki banyak sekali teman.
Dan ia pun tidak bermasalah harus berganti teman duduk di sekolahnya. Ia juga bergaul dengan siapa saja dilingkungan rumahnya. Adasatu hal yang menarik saat ia bercerita tentang teman-temannya.

"Bu, Ifa pinter sekali lho, Bu...! Pinter Matematika, Bahasa Indonesia,Menggambar....pokoknya pinter sekali....!" katanya santai. Vivi juga pintar sekali menggambar, gambarnya bagus ...sekali! Kalau si Yahya hfalannya banyaaak... sekali!"

Ya memang fani senang sekali membanggakan teman-temannya.
Ketika mendengar celoteh anaknya ibunya tersenyum dan bertanya, " Kalau mbak Fani pinter apa?" Ia menjawab dengan cengiran khasnya,"

Hehehe...kalau aku, sih, biasa-biasa saja".

Jawaban itu mungkin akan sangat biasa bagi anda, tetapi ibunya tertegun, karena pada dasarnya fani memang demikian. Ia biasa-biasa saja untuk ukuran prestasi scholastic.

Tapi coba kita dengarkan apa cerita gurunya, bahwa Fani sering diminta bantuannya untuk membimbing temannya yang sangat lamban mengerjakan tugas sekolah, mendamaikan temannya yang bertengkar.

Bahkan ketika dua orang adiknya, Farah (4,5 tahun) dan Fadila (2,5 tahun) bertengkar. Fani langsung turun tangan. "Sudah..! sudah, Dek! sama saudara tidak boleh bertengkar, Hayo tadi siap yang mulai?" Adiknya saling tunjuk."Hayo, jujur ...!Jujur itu disayang Allah..! Sekarang salaman ya... saling memaafkan".

Pun ketika suatu hari ia melihat baju-baju bagus di toko, dengarlah komentarnya!

"Wah bajunya bagus-bagus ya Bu? Aku sebenarnya pengin, tapi bajuku dirumah masih bagus-bagus, nanti saja kalau sudah jelek dan Ibu sudah punya rezeki, aku minta dibelikan ..."

Ibunya pun tak kuasa menahan air matanya, subhanallah anak sekecil itu sudah bisa menunda keinginan, sebagai salah satu ciri kecerdasan emosional.

Saya sebenarnya ingin berbagi cerita tentang ini kepada anda, karena betapa banyak dari kita yang mengabaikan kecerdasan-kecerdasan emosional seperti itu. Padahal kita tahu dalam setiap tes penerimaan pegawai, yang lebih banyak diterima adalah orang yang mempunyai kecerdasan emosional walaupun dari sisi kecerdasan scholastic adalah BIASA-BIASA SAJA.

Kadang kita merasa rendah diri manakal anak kita tidak mencapai ranking sepuluh besar disekolah. Tetapi herannya, kita tidak rendah diri manakala anak-anak kita tumbuh menjadi pribadi yang egois, mau menang sendiri, sombong,suka menipu atau tidak biasa bergaul.

Maka ketika Fani mengatakan "AKU BIASA-BIASA SAJA", maka saat itu ibunya menjawab "Alhamdulillah, mbak Fani suka menolong teman-teman, tidak sombong, mau bergaul dengan siapa saja. Itu adalah kelebihan mbak Fani, diteruskan dan disyukuri ya..?" Ya... ibunya ingin mensupport dan memberikan reward yang positif bagi Fani. Karena kita tahu anak-anak kita adalah amanah dan suatu saat amanah itu akan diambil dan ditanyakan bagaimana kita menjaga amanah. Sebagaimana doa kita setiap hari agar anak-anak menjadi penyejuk mata dan hati.

Sudahkah kita mencoba untuk menggali potensi-potensi kecerdasan emosional anak-anak kita? Kalu belum mulailah dari diri kita, saat ini juga.


====================================================================

Jujur tulisan ini, menyadarkan dan menyentuh ku. Sudah rahasia umum membanggakan kecerdasan scholastic menjadi tolak ukur keberhasilan, bagi sebagian besar orangtua.

Sementara kecerdasan moral, kecerdasan intrapersonal, atau kecerdasan interpersonal kadang luput dari kacamata orang tua.

 

PR dan tugas besar untuk kami khususnya, semoga kami bisa memberi yang terbaik untuk anak kami, tidak hanya membimbingnya utnuk keberhasilan dalam sekolahnya kelak, namun menyeimbangkannya juga dalam tingkah laku santun dalam kehidupannya. Insya Allah..

Just to share, mohon maaf untuk yang tidak berkenan.

Salam,

 



16 comments:

  1. Hehehe alhamdulillah aku bukan tipe org tau yg membanggakan kecerdasan skolastik, I mean kalo pun dia pinter alhamdulillah and I guess it ruins in our family *hahaha narsis* tapi pinternya dia bukan karena hasil tempaan, by nature aja. Tapiii kalo kecerdasan emosional, terus terang itu menjadi concern kami sebagai ortunya. Yang kami lakukan selama ini memang terus2an mengasah emosinya agar stabil dan punya kecerdasan emosional yg baik. Dan menurutku, kalo si anak udah cerdas emosional, kecerdasan skolastiknya jg ngikut.

    Just my two cents :)

    ReplyDelete
  2. setuju mba nana, setelah aku terdampar dan akhirnya bergabung di MP ini, banyak pelajaran yang bisa aku petik, banyak ilmu yang aku dapat. Mba Nana & suami sudah jauh lebih lama membesarkan kaka haura dan kasih, terbukti postingan mba tentang kaka naura semua nya postif (salut aku mba..), nahhh... aku sih belum apa2, hehe.., jibran baru juga 2th, justru pengalaman mba nana, dan teman2 MP yang lain yang memotivasi aku untuk bisa mendidik Jibran menjadi manusia yang baik, seperti halnya yang sudah mba nana dan teman2 MP lakukan u/ anaknya..

    ReplyDelete
  3. aku tak biasaaaaa.. *loh kok nyanyi*..

    tapi again, i dont want to "labeling" my child with the frase "anak biasa-biasa aja"... karena anak punya keunikan sendiri. kecerdasan skolastik penting gue tekankan ke anak gue... entah itu skolasitk IPA, pengetahuan sosial, atau berbahasa, atau kreativitas.. harus gue kembangin dari sekarang dan gue beri pujian juga kalau dia berhasil mencapai sesuatu..

    kecerdasan emosi: defenitly harus!

    my two scents too :D

    ReplyDelete
  4. amiiin....smg anak2 kita bisa mnjd anak2 yg tumbuh besar dengan kepribadian baik dan ilmu yg baik

    ReplyDelete
  5. setuju mba arie.... akhirnya kembali kepada orangtua masing2, caranya yang beda2 namun pastinya tujuan nya sama untuk 1 kebaikan..

    ReplyDelete
  6. Hehehe aku juga belum ada apa2nya ngegedein Haura Kasih, masih harus terus belajar. Jadi ortu proses belajar tiada henti :)

    ReplyDelete
  7. menurutku sih, yg diutamakan keseimbang antara IQ, SQ dan EQ (entah ada lagi nextnya tambahan), kita sebagai ortu tetap do the best dan jadi TELADAN YG HIDUP (ini neh yg sulit)
    Iya gak mam??

    ReplyDelete
  8. mba nana suka gitu deh, at least dikau lebih pengalaman dibanding aku mba.... // salam..

    ReplyDelete
  9. sulit akan terasa mudah jika dihadapi bersama, hehehe.. aku kok jadi sok tuwir gini yak??
    yoa, do the best untuk anak2 kita tercintah...

    ReplyDelete
  10. Setiap manusia diciptakan mempunyai kekurangan dan kelebihan masing2. Tapi salut bgt klo anak2 kita mempunyai prestasi skolastic, kecerdasan moral, kecerdasan interpersonal BAGUS secara bersamaan, Subhanallah....
    Tapi Allah itu maha Adil koq...

    ReplyDelete
  11. setuju mba vie, insya allah kalo nawaitu nya baik, Allah akan membetikan barokah untuk anak2 kita.. caiyooo...

    ReplyDelete
  12. aku dulu jg gitu masih menganggap anak itu pinter atau unggul dari segi prestasi di sekolah, tapi sekarang sejak punya anak sendiri jadi tahu kalo setiap anak itu berbeda-beda keunggulannya dan tdk akan membandingkan dengan anak-anak yg lain....yang penting kita sudah berusaha mendidik dan membesarkan dengan sebaik-baiknya...

    ReplyDelete
  13. pastinya setiap orang tua menginginkan yg terbaik untuk anaknya...

    ReplyDelete