[Jibran] Mencoba komit

Kemarin sore aku dan ayah juga si Kaka bertiga ngantar 2K, mama Tika dan 2pengasuhnya pulang, setelah sebelumnya mereka week end dan kumpul di rumah kami.

Nganterin 2K pulang emang heboh, selain bawaannya yang super duper banyak juga celoteh2nya yang bikin kita terkagum2, mesi perjalanan terhadang macet, anak2 tetep enjoy, ayah as driver pun sesekali tersenyum denger ke”bawelan” anak2 J

 

Sebelum sampe rumah, Mama Tika request agar mampir dulu ke SPM karena mau beli buah, roti dan UHT yang stocknya dah habis, jadilah rombongan ke sana dulu. Begitu tau diajak ke SPM, si Kaka exciting banget, karena dia tau SPM yang ini banyak menjual mainan, dan benar aja, baru aja mobil sampe parkiran dan ayah masih sibuk cari parkiran si Kaka dah ga sabar pingin turun, I guess so, pasti si kaka ga sabar pingin buru2 masuk dan stay di tempat mainan. Rombongan pun di bagi 3, aku sibuk ke tempat daging dan buah, rombongan 2, Mama Tika, Kei dan nanny ke bagian makanan, dan rombongan 1 lagi yaitu ayah, Kyo dan Jibran ke bagian mainan.

Karena ngejar magrib, kami sepakat ga mau berlama2 berkutat di SPM, akhirnya selelsai dapat barang yang dicari kitapun segera mengantri ke kasir, saat aku dan Mama Tika sudah antri depan kasir, kulihat ayah, Jibran dan Kyo muncul. Kyo membawa baju Upin Ipin hasil buruannya, hmmm dah bisa diduga…. Dasar anak cewek, mesti kalo Belanja selalu mintanya baju, sementara si Kaka kulihat menenteng box besar, yang diumpetin di belakang punggungnya.

“Apa itu Ka?” tanya ku.

Si kaka ga menjawab, kepalanya menunduk, dan tangannya semakin merapat kebelakang, ngumpetin box besar yang belakangan kutau ternyata box itu adalah Robot2an dengan ukuran lumayan besar.  Ayah tak berkomentar apa2 hanya tersenyum simpul, dan aku cukup mengerti arti senyum ayah, yuaappp… si Kaka minta mainan tsb.

“Kaka, ayo kita pulang, Bunda udah selesai bayar belanjaan.” Mama Tika dan pengasuh pun udah selesai bayar, aku kasih kode ke mereka untuk menunggu ke parkiran saja, karena aku ada “1 misi” bersama ayah dan Jibran.

Si Kaka masih terdiam, kedua tangan masih dibelakang punggung dan memegang robot2 tsb, pelan2 si Kaka mengekor dari belakang dan ikut keluar.

“Loh… Kaka kenapa ikut keluar, itu yang dibelakang punggung Kaka apa?”

Si Kaka masih terdiam, kepalanya ditundukkan.

“Kok diam Ka, Kaka denger ga pertanyaan Bunda, yang ada di belakang punggung Kaka itu apa ya?”

Akhirnya setelah beberapa kali nanya si Kaka pun menjawab, “Ini (ro)bot Nda.”

“Robot? Kaka mau beli robot?”

Ayah tetap berdiri disamping mencoba mengawasi kami berdua.

“Iya Nda, Kaka mau beli (ro)bot.”

“Oh ya? Hmm…. Kaka punya uang ga buat bayar nya?”

Si Kaka menggeleng, kepala masih menunduk.

“Kalo Kaka ga punya uang, gimana Kaka mau bayar, tuh tante kasir udah nungguin loh.” Posisi kami bertiga sudah ada di luar kasir, jadi perbincangan kami cukup “aman” dan tidak mengganggu antrian.
“Kaka ga punya uang Nda, nanti ayah yang ba(yar), iya kan yah?” menjawab dan kemudian menatap Ayah minta persetujuan.

“Loh… ayah ga mau beli robot kok Ka, kan kemarin uang ayah udah dipake beli kereta Thomas buat Kaka.” jawab ayah.

“Ayah ga mau beliin loh Ka, uang Bunda juga udah buat bayar belanjaan ini, jadi gimana donk Ka?”

“Kaka mau (ro)bot ini Nda…” Suaranya terdengar pelan dan memelas. “Boleh ya Nda…….?” Minta persetujuan dan udah keliatan tanda2 mau mewek.

“Ga sayang, kan udah Bunda bilang uang Bunda udah buat bayar belanjaan dan besok kan Bunda mau bayaran untuk acara piknik di sekolahan Kaka, kalo Bunda beliin robot ini nanti bayar piknik Kaka gimana?” (dalam hati emang mikir, robot yang diminta Kaka lumayan mahal, 170rb, wuaaa……L)

Bisa diduga, setelah mendengar jawaban tsb, si Kaka kemudian menangis, ayah diam tak bergeming, memberi kesempatan ke aku untuk “menyelesaikan” hal ini.

Segera kuraih tubuh Kaka dan menggendongnya, kemudian masuk kedalam lagi, ke tempat mainan, “Dimana Kaka tadi ambil mainan ini?’

“Disitu Bunda.” Tangan kecil nya menunjuk ke rak mainan yang berisi robot2, masih terdengar isak tangisnya.

“Robotnya kita taruh lagi ya Ka, Kaka denger bunda ya, kita ga beli robot itu sekarang, robot2an Kaka dirumah udah banyak, kemarin Kaka juga udah dibeliin ayah Thomas kan? Jadi sekarang robot itu kita balikin ke rak ya?” Bujuk ku mencoba memberi pengertian. Karena posisinya aku tengah menggendong Jibran, wajah Jibran dan aku berhadap2an, kutatap lekat matanya yang basah oleh air mata itu.

“Ga mauuu.. Kaka mau (ro)bot Nda…” tangisannya makin kenceng.

“Ya udah kalo kaka tetep mau mainan Robot ini, berarti besok Kaka ga jadi ikut piknik ya, Kaka ga jadi naik kereta gantung, Kaka ga jadi jalan2 sama temen2 Kaka.”

Mendengar jawabanku, tangis Kaka tiba2 diam, mata kecilnya menatap kearahku, seolah mencari kebenaran atas jawabanku tadi.

“Kita pulang ya sekarang, kasian de Kyo sama De Kei nunggu di mobil tuh, ini udah malam loh Ka…”

Si Kaka ga bergeming, aku diamkan dulu, tiba2….”Maap Bundaaaa…….” Sejurus kemudian tangan kecilnya mengembalikan robot tsb ke rak didepannya, seperti ga rela, habis meletakan mainan tadi, si Kaka nangis lagi, kali ini suaranya seperti tertahan, sesenggukan. (jujur… sempet ga rela liat si kaka, tapi aku harus komit J)

 

Masih dalam gendongan, segera kubawa Kaka keluar kasir dan menemui ayah yang udah nunggu di luar, aku tersenyum simpul penuh kemenangan, mengerti akan situasi ini, kemudian ayah mengambil alih, dan sigap gantian menggendong si Kaka, sementara aku dorong troly belanjaan kearah parkiran.

Sampe di mobil, barulah kami membahas nya, “Waa… Bunda bangga sama Kaka, besok Kaka bayaran piknik nih yah, Kaka kan mau piknik sama temen2 sekolah Kaka, iya kan Ka?”

Jibran diam ga menjawab hanya mengangguk pelan. Hmmm….. aku cukup mengerti, pastilah masih tersisa BT dihatinya setelah mainan yang diinginkannya tidak jadi dibeli.

Sepanjang perjalanan, kami sepakat ga membahas hal tadi, dan mengalihkan pembicaraan2 ke hal lain.

 

“Mba Ina, jadi Jibran ga jadi beli robot2an itu?” bisik Mama Tika pelan.

Aku menggeleng pasti, dan tersenyum simpul.

 

 

***note :

1 Kata, BANGGA, yuappp… itulah yang kurasa tadi malam, bisa memberi pengertian ke Jibran melalui kata2, dan tidak membuatnya nangis lebay, ga semua yang diinginkan oleh anak kita turuti bukan?

Awalnya aku khawatir sampe rumah Jibran bad mood karena ga dibeliin mainan yang dia inginkan, ternyata dugaanku keliru, terbukti dia fine dan tetap ceria tuh meski robot tsb ga jadi miliknya. Diajak ganti baju tidur, cuci kaki, sikat gigi dan beranjak tidur diiringi dengan baca buku dulu, Jibran fine…. Ga terlihat kekesalan sedikitpun dimatanya, seolah dia sudah lupa dengan kejadian di supermarket tadi. Ajaiiibbb……… begitu beningnya hati anak2……… trimakasih Kaka…. Alhamdulillah ya Allah…