[Jibran] Lengah, teledor, ceroboh…. Hiksss….

 

 

Jumat lalu, pulang kerja aku dan ayah sepakat untuk ke Gramed, sebenernya awalnya mau Sabtu aja, tapi karena Sabtu kami mau ke undangan jadilah Jumat malam. Sebelumnya ayah pulang dulu jemput si kaka, biar ga ribet kita janjian langsung di Gramed, dari kantor seperti biasa aku naik KA dan turun di st Pondok Cina, tinggal nyebrang aja ke Gramed Margonda J

 

Tujuan kali ini adalah beli perlengkapan skul si Kaka macam tempat minum, tempat makanan, tempat pensil dan Crayon. Jibran dan ayah udah lebih dulu sampai sana, setelah aku tiba, langsung aku susul mereka dan bergegas kita ke lantai 1 ke tempat perlengkapan sekolah. Si Kaka keliatan excited banget, dia bingung milih tempat makan dan tempat minum yang dia inginkan, sebentar milih tema The Cars, kemudian beralih Ben 10, sebentar kemudian milih Spiderman, J dan setelah bolak balik milih, akhirnya dia milih The Cars dan Transformer, kemudian baru milih Crayon dan tempat pensil. Sipp.. segera minta nota ke si Mba SPG.

 

Setelah urusan si Kaka kelar, kita beralih ke lantai 2 ke tempat Buku. Ayah mau nyari buku tentang rumah, dan aku seperti biasa pasti cari Novel J

Sementara ayah ayah cari buku yang diincar, aku pun segera ke jajaran Novel ditemani Jibran.

Sippp.. kelar dapat Novel, lagi2 Novel dari gagas media yang aku pilih, aku susul ayah, setelah aku dan ayah sama2 udah dapat bukunya, bergegas kita ke kasir, lumayan antri euy…

Selesai bayar dan nota dicap lunas, tujuan selanjutnya ke lantai 1 untuk mengambil perlengkapan skul si Kaka di Mba2 SPG.

 

Tiba2 HP ku berdering, rupanya si Bos yang telpon, dan segera kuangkat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri sibuk memegang tas kresek berisi Buku,

bahu kiri menggembol tas kerja, lalu aku ayah dan Kaka bergegas ke escalator.

 

Awalnya si kaka berjalan di sisi aku dan ayah, saat menuruni escalator, kulihat ayah turun duluan, sementara aku sibuk sambil tetap telponan dan bersiap mengakhiri pembicaraan dengan si bos, aku lupa dengan Jibran, yup.. aku lengah ga nuntun si Kaka, kupikir Jibran bersama ayahnya, akupun dengan santai menuruni escalator, baru beberapa detik aku menapaki escalator aku baru ngeh kalo di depan sana ayah yang posisinya udah di depan dan berada di escalator tidak bersama Jibran, aku panikkkk…. Segera aku mendongak ke atas, kulihat jibran diatas sana tertinggal sendiri sambil teriak, “Bundaaaaa………..”

Aku panic…… spontan aku teriak, “Ayahhhhh… Kaka belum turun…” Ayah yang mendengar teriakanku mendongak keatas, menyadari situasi yang terjadi ayah bergegas kembali ke atas, namun karena yang kami naiki adalah escalator turun, otomatis meski ayah berlari kearah atas, tangga kembali turun dan membawa ayah turun.

Melihat aku panic, dan ayah sigap berusaha lari keatas, Jibran jadi nangis, dan dia berusaha menurunkan kakinya untuk menuruni escalator, sontak aku tambah panic, “Kaka… jangan turunnnnn.. tunggu disitu…” teriakku.

Situasi begitu cepat, kulihat si Kaka menjejakkan kakinya ketangga escalator, “Kaka….. diam disitu… jangan turunnn..” ulangku lagi. Ayah belum sampe juga ke atas, tiba2….  Escalator terhenti, aku lega…. Kulihat 2 security diatas, seorang security segera menggendong Jibran yang masih nangis, dan menyerahkannya ke ayah, sementara aku terduduk lemas, HP masih tergenggam di tangan kanan, tangan kiri masih memegang plastic.

 

Aku sampe ga sempet berucap terimakasih kepada security tsb karena aku bener2 lemes, kulihat ayah berbincang sebentar dengan security, nasihat pastinya agar kami lebih berhati2 L.

 

Aku berikan plastic berisi buku ke ayah dan segera aku ambil alih menggendong si Kaka yang masih berlinangan air mata, kuciumi ubun2 kepala Jibran, ga henti2nya berucap syukur Alhamdulillah karena Allah masih melindungi anak kami, ga kebayang seandainya tadi si kaka nekat turun menyusul kami dan security ga sigap segera memberhentikan escalator, hiksss…..

Aku benar2 ga mau membayangkan yang tidak2, sebaliknya berucap syukur, syukur dan alhamdulillah....

 

Aku dan ayah menyadari kecerobohan ini karena kami berdua, kami saling mengandalkan sehingga kejadiannya seperti ini, meski kejadian ini tidak melukai Jibran sedikitpun, sungguh kami merasa ini adalah teguran Allah untuk ke depannya kami lebih berhati2 dan tidak lengah.

 

Seperti dituliskan untuk dijadikan pengalaman ke depannya…..