Akhirnya.. marahku pun mencair…

Teringat postingan Bunda Maya, bahwa pentingnya komunikasi dalam suatu hubungan. Begitupun aku, komunikasi bagiku adalah jembatan yang baik dan salah satu factor untuk melancarkan dan melanggengkan suatu hubungan. Tul ngga??

Saat aku ngetik dan nulis ini nih.. jujur sebenarnya masih kesel sama ayah, gara2 obrolan tadi malam. Bagimana tidak dengan entengnya ayah bilang “selera Bunda ga ok.” Sebenernya apa sih makna kalimat itu? Mungkin buat sebagian orang ga berarti apa2 dan bukan suatu yang menyinggung perasaan. Tapi begitu kalimat itu aku yang terima, duaarrrrrr.. kesinggung lah aku, apalagi ini ayah yang nyampein.

Hmm.. sebenernya kenapa sih kok kesannya aku sampe marah banget??

Hihi… J jadi gini loh ceritanya, seperti yang pernah aku posting sebelumnya, alhamdulillah saat ini pembangunan rumah kami sudah mencapai tahap finishing, mulai pasang keramik, dan sebentar lagi masuk ke proses pengecatan dinding. Insya Allah kalo ga ada halangan awal tahun depan kami semua akan pindah ke “istana” kami tsb. Amien….

Dari semua interior dan design rumah semua ayah yang ngerjain sendiri. Kebetulan ayah jago design, didukung dengan program computer yang dikuasai ayah, jadilah ayah dengan mudah ngutak ngatik semua “mimpi” dan keinginannya itu untuk dituangkan dalam gambar dan diwujudkan untuk rumah kami. So siapa butuh design boleh kok pake jasa ayah, (hihi… promosi nih yee..)

 

Sejak awal ayah sudah menanyakan ke aku, aku mau design seperti apa, model seperti apa, bentuk rumah seperti apa,  dan semua keinginanku ini ditampung oleh ayah, kemudian dibicarakan bersama bapak mertua, kebetulan Bapak mertua – ku seorang pemborong.

Saat design jadi, kemudian ayah menunjukan ke aku, dan oh NO… dari usulan yang sampein diawal, ternyata design yang jadi jauh beda dengan keinginanku, meski bentuk ruangan2 yang aku inginkan bisa diwujudkan namun letaknya ga seperti yang aku bayangin. Protes donk pastinya, namun setelah ayah menyampaikan segala macam alasan dan sebab kenapa usulanku ditolak aku bisa mengerti. Hehe.. iyalah aku kan taunya Cuma bisa liat gambar selebihnya baca bentuk tanah, ukuran dan lainnya, aku ga ngerti. Tapi ayah janji meski keinginanku ditolak namun ada 1 yang bisa diluluskan ayah yaitu design untuk dapur dan model aku yang nentuin, hmm.. asyikkk..... Cita2ku dari dulu emang kalo punya rumah pingin punya dapur yang luas, punya gudang sendiri yang bisa nampung barang2 aku dan mainan jibran dan pastinya harus ada musholla, 1 lagi aku  juga pingin punya kamar  tidur utama yang bisa connect ke kamar anak. Dan alhamdulillah semua keinginanku itu bisa dipenuhi ayah meski bentuk dan letaknya dipindahin, namun karena aku banyak kemauan mau ga mau sebagian harus dibuat di lantai atas, yaitu musholla dan gudang. Ya sutra laaa.. gpp. Tapi imbasnya akhirnya aku juga harus mengalah, dapur yang kuinginkan ga bisa seluas yang aku mau. Dan ternyata itu baru aku tau setelah bangunan jadi. Duhh… complain ke ayah terjadi lagi, tapi kali ini aku bener2 harus mau terima apa adanya, karena bangunan udah jadi. Lagi2 ayah menghibur, meski dapur yang ada ga seluas yang aku inginkan namun untuk design dan sentuhan akhir aku yang nentuin. Ok, deal…. ya Yah..

 

Saat mulai masuk finishing, ayah mengingatkan ke aku, model seperti apa yang aku mau, karena rencananya ayah mulai akan beli material keramik dan cat. Waa.. inilah waktunya, segera aku tunjukkan gambar dan design dapur yang emang udah aku simpan selama ini. “aku mau design seperti ini yah.” Sejenak ayah membaca dan, “Sipp.. ini bisa Bund, yakin nih mau yang kaya gini.” Tanya ayah, “Iya.. yakin.” Dan akhirnya aku diajak ayah ikut ke Depo Bangunan dan Mitra 10 untuk belanja. Setelah pilih2 akhirnya motif jenis lantai, motif dinding, jenis westafel cuci piring dan kitchen set untuk dapur yang aku inginkan ketemu. Wuih.. aku seperti anak kecil yang dibeliin mainan baru, senengg banget rasanya, kebayang2 bentuk dapur imipianku selama ini sebentar lagi terwujud. Yippieee…..

 

Selama pengerjaan aku percayakan kepada ayah, aku yakin keinginanku kali ini untuk dapur “indahku” lancar2 aja dan sesuai bayanganku. Ternyata tadi malam ayah menyampaikan dan mohon maaf sebelumnya, bahwa setelah matrial keramik lantai dan dinding akan dipasang untuk dapur ternyata ga cocok dengan bentuk dapur. Ayah menawarkan alternative bagaimana kalo motifnya diganti. “Whattt???” Bagaimana bisa, bukankah semua barang sudah dibeli dan semuanya tinggal dipasang, kenapa saat semua matrial udah dibeli ayah baru bilang. Aku menolak dan bersikukuh apa yang sudah dibeli dan sesuai keinginanku harus dipasang. “Ga bisa Bund, kalo dipaksain akan keliatan ga bagus, ga matching sama ruang makannya.” Begitu alasan ayah. Aku mulai meradang, aku pikir alasan ayah ga masuk akal. Kenapa ga dari awal ayah bilangnya. “Awalnya aku pikir juga begitu, aku pikir design yang bunda pilih sesuai dengan tema ruang makan dan ruang keluarga. Tapi ternyata tidak, dan kalo dipaksain ya gitu deh, ga bagus.” Jawab ayah lagi.

Namun lagi2 aku ga bisa terima alasan ayah, bukankah ini buang2 uang juga, buat apa material yang sudah terlanjur dibeli dan sekarang ga dipake, kan mubazir, berikutnya ayah menjawab bahwa semua matrial itu akan tetap dipake suatu hari. Ampun…. Suatu hari nanti baru akan dipake?? “Maaf ya Bund, tapi beneran deh motif itu ga sesuai dengan tema rumah kita.” Jawab ayah kembali mencoba meyakinkanku. Aku diam dan ga tau harus ngomong apa, “Bund, motif itu ga cocok, meski ayah tau ini selera Bunda tapi ga bisa, selera Bunda ga ok, jadi ga match sama tema rumah kita.” Dan… duarrrrr… marahku menjadi-jadi. Kalimat terakhir ayah benar2 menyinggung perasaanku, aku langsung masuk kamar dan tutup pintu, menyusul Jibran yang sudah duluan tertidur. Kesel banget rasanya.

Melihat situasi seperti in, sepertinya ayah tersadar bahwa aku bener2 marah, kemudian ayahpun meyusul aku. Sejurus kemudian mencoba meralat ucapannya, minta maaf dan setengah merayu. Namun aku tetap tak bergeming….. kadung marah, manalah secepat itu langsung mencair, akhirnya aku nangis, karena kesel dan sebel, meski aku yakin ucapan ayah tanpa sungguh2 namun aku masih ga terima, Tapi bukan ayah namanya kalo ga bisa mencairkan kemarahanku, dan selanjutnya…. Marahku pun luruh, endingnya, ya..ya..ya… (hehehe…… sensor dikit ya…)

 

Noted : tadi ayah email katanya ayah mencoba ngakali motif yang aku pilih untuk dapur tetap bisa dipasang, ga mau aku marah lagi katanya…. Alhamdulillah….